Mohon tunggu...
mellyana frederika
mellyana frederika Mohon Tunggu... -

---tulisan yang sama dari seseorang yang sama---

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tertinggal: Bayi Perempuan di Taksi

25 Januari 2010   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:16 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Majalah Bluebird, yang sering nongkrong di kursi belakang, memuat daftar barang-barang yang tertinggal di dalam taksi. Sekitar 4-6 halaman dihabiskan untuk menampilkan informasi ini. Aku suka melihat bagian itu, dan memperhatikan jenis-jenis barang yang tertinggal. Mulai dari kantong keresek hitam berisi pakaian, sampai telepon genggam versi terkini bisa ditemukan di daftar itu.

Ayahku, pernah ketinggalan ponsel, dan dikembalikan dalam waktu cukup singkat oleh pengemudi taksi burung biru. Aku pernah menemukan kantong belanja berisi dompet dari sebuah merek terkenal dengan price tag yang bikin aku menelan ludah. Aku menyerahkan kepada si pengemudi yang aku yakini akan mengembalikannya pada si pemilik.

Pembicaraan di taksi berputar di urusan barang paling aneh yang pernah tertinggal di dalam taksi. Pak Kusuma -aku panggil seperti itu karena justru nama belakangnya yang aku ingat- berkata,"bayi".

Haaaa? Bayi? Aku bengong.

"Serius ah, Pak, ketinggalan bayi maksudnya?"ujarku sambil masih tidak percaya.

"Betul, Mba, bayi. Masuk koran kok itu," dengan tenang Pak Kusuma meyakinkan aku.

Kalau berita itu pernah masuk koran, aku belum pernah membacanya. Pak Kusuma bercerita bagaimana seorang ibu pernah tanpa sengaja membiarkan bayi perempuan berusia sekitar 5 bulan di kursi belakang. Si ibu saat itu sibuk dengan barang bawaan yang ada di bagasi mobil, dan supir pun tidak begitu memperhatikan ada apa di kursi belakang taksi yang dia kemudi. Baru berjalan sekitar setengah kilometer, Pak Kusuma mendengar suara anak kecil. Begitu ia melihat ke belakang, dia melihat bayi yang cantik dan memutuskan memindahkan bayi tersebut ke pangkuannya,"takut jatuh," katanya,"untung saya sudah punya anak, jadi saya ngerti gimana gendongnya." Tidak susah untuk menebak, bahwa Pak Kusuma memutuskan memutar balik kendaraan kembali ke rumah penumpang terakhir yang sedang menangis. Iya, ibu dan ayah dari bayi tersebut sedang menangis. Sang ayah malah sambil terus memarahi sang ibu.

"Saya dapat tip paling besar yang pernah saya terima, walaupun saya sudah menolak," bahkan, menurutnya, sang sang ayah memutuskan menambahkan nama "Kusuma" di belakang nama bayi perempuan tersebut.

Ah, memang ketika pikiran dipenuhi oleh terlalu banyak hal, bahkan terkadang hal remeh temeh yang bisa jadi tidak terlalu penting, kita bisa lupa akan hal-hal yang begitu kita sayangi, yang terlupakan tanpa sengaja. Beruntunglah kalau kita bisa terlebih dulu sadar akan hal-hal yang kita sayangi sebelum semua itu terlepas dan diambil dari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun