Mohon tunggu...
Ita Pandia El-Medhani
Ita Pandia El-Medhani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang Ibu Rumah tangga, Apoteker, Penulis, Auditor Halal LPPOM MUI Sumut dan aktivis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Anakku Bete di Acara Car Free Day...

22 Desember 2014   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu 21 Desember 2014 usai sholat subuh...kami segera berkemas untuk ikut berpartisipasi di acara Car Free Day, yang berlokasi di kawasan jalan Sudirman, Medan. Semua perlengkapan yang diperlukan sudah anteng di bagasi mobil. Tiba di tempat acara..beberapa polisi menghadang mobil kami karena kawasan tersebut memang akan disterilkan dari mobil dan berbagai kendaraan lainnya. Terpaksa suamiku nego dengan Pak Polisi dan mengatakan bahwa kami adalah peserta yang akan ikut berpartisipasi di acara tersebut. Akhirnya Pak Polisi membolehkan mobil kami lewat, tapi parkirnya lumayan jauh dari arena Car Free Day yang diisi dengan aneka kegiatan, seperti lomba sepatu roda, lomba sepeda, senam kesegaran jasmani dan sejumlah kegiatan lainnya.

Hari ini, adalah kali kedua kami ikut berpartisipasi ikut memeriahkan acara Car Free Day. Bukan ikut kegiatan berbagai lomba atau senamnya, sama sekali bukan. Tapi kami ikut memeriahkan pedagang yang menyediakan sarapan, snack, minuman hangat, minuman dingin juga ada dan aneka penganan lainnya. Menu yang kami jual hari ini adalah nasi goreng cinta, keripik kentang rehat dan cheestik aneka rasa.

Ketiga putriku ikut menemani kami jualan. Mumpung mereka sudah memasuki liburan, apa salahnya mereka ikut kedua orang tuanya mengais rupiah sekalian ikut berolahraga di acara CFD hari ini. Tentu saja kami juga membawa sepasang raket badminton beserta shuttlecocknya, supaya mereka bisa ikut gembira di arena CFD ini.

Putri keduaku, kelas 7 SMP, seorang penulis cilik dari Medan, terus memasang wajah cemberut.

“ Kenapa sih kamu, koq asem terus wajahnya...? “ kataku

“ Jam berapa kita pulang...? “ katanya sembari menghentak-hentakkan kaki ke aspal jalan. Persis seperti anak balita yang ngambek karena kemauannya tak dituruti.

“ Lah dagangan kita aja belum ada yang laku...sudah mau minta pulang. Ayo main badminton sana sama kakak...”

“ Gak mau....!” sambil tetap menghentak-hentakkan kaki.

“ Tadi kenapa mau ikut, kan mending di rumah aja...! “ seruku agak kesal

“ Gak berani sendirian di rumah...! “ jawabnya dengan nada kesal juga

Akhirnya aku hanya mendiamkan putri keduaku yang agak temperamen ini. Apa memang begitu karakter seorang penulis? Ah..tentu tidak..! Buktinya saya, penulis juga, tapi penyabar koq. He..he narsis dikit boleh kan...?

Eh..tiba-tiba putriku nangis sesenggukan sambil terus-terusan minta pulang.

“ Ssst...diam..tuh dilihatin orang apa kamu nggak malu..?” terpaksa aku membujuk putri keduaku dengan nada lemah lembut supaya dia berhenti nangis.

“ Bosen disini..aku mau pulang...!” sambil tetap sesenggukan

“ Tunggu bentarlah, Nak, dagangan kita masih sedikit yang laku..” bujukku lagi

“ Aku mau nunggu disini kalo ada internet, Hpku kan udah abis pulsanya, kenapa nggak diisi-isi pulsanya..?” katanya sembari menyusut air mata

Oohh..ternyata itu toh penyebabnya! Aku baru ingat bahwa putri keduaku ini memang sangat kecanduan dengan internet. Kalau sudah megang HP atau duduk di depan laptopnya, dia betah berlama-lama dimana saja.Bahkan kadang-kadang lupa waktu! Jangan salah menduga bahwa putriku menyalah gunakan kedua benda itu hanya untuk bersenang-senang atau main game saja. Sama sekali bukan. Dia butuh HP dan laptop untuk menyalurkan bakat menulisnya. Dia butuh HP dan tentu saja pulsa agar selalu terhubung dengan teman-temannya sesama penulis. Satu dari enam bukunya yang sudah diterbitkan Mizan (Noura Books) seri KKPK yang berjudul: “FLY ME TO THE STARS” (sudah tersedia di toko buku Gramedia) adalah hasil kolaborasi dengan temannya yang berdomisili di Depok, Jawa Barat. Saat menulis cerita itu, mereka tak pernah bertemu sama sekali. Mereka mendiskusikan cerita itu, lewat email, chatting lewat yahoo messenger, facebook, WA, twitter dan berbagai sarana yang ada di internet dan sosial media. Putriku yang bernama : AMINAH HAFIDZATUNNISA ini, sangat mengandalkan internet dalam menuliskan ide-idenya hingga menjadi sebuah cerita. Contohnya buku ke-6 yang berjudul : “MAGICAL DIARY “ terbitan MIZAN (segera beredar di toko buku Gramedia pada bulan Januari 2015), mengambil setting cerita di Melbourne, Australia. Padahal kami sekeluarga belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di bumi Australia. Usut punya usut ternyata putri keduaku yang biasa kami panggil Hafizoh ini, hanya bermodalkan googling dan browsing di internet untuk mencari ide, mencari latar cerita (setting) dan sebagainya. Dan tentu saja semua itu bisa diakses melalui HP ataupun laptop asalkan ada pulsa/kuota untuk akses internetnya. Begitu juga untuk mengirim cerita hingga diterbitkan menjadi buku, semuanya ditangani sendiri oleh putriku ini. Dia mengirimkan sendiri buah karyanya lewat email dan berdialog dengan editor bukunya lewat sosial media. Semuanya tanpa campur tangan kami orang tuanya. Kami sebagai orang tuanya hanya mengawasi dan memberi saran-saran terbaik untuk pengembangan kreativitasnya.

Aku segera teringat beberapa hari yang lalu saat membuka akun facebookku ‘RumahSnack Seroja’ melihat tautan kiriman dari seorang temanku tentang paket internet gratis unlimited dari Indosat selama satu tahun.

Ahh... seandainya paket internet gratis dari Indosat selama setahun ini bisa kumiliki, tentu putriku takkan bete seperti. Dia akan tenang saat dibawa kemana saja, karena dia akan bisa sharing dan terhubung dengan teman-temannya sesama penulis cilik.Betapa aku sangat butuh internet dan teknologinya #IwantITnow saat ini. Apalagi sekarang ini memasuki masa liburan. Putriku pasti bisa leluasa googling dan browsing internet untuk mencari ide, mencari setting cerita dan beragam kebutuhan yang dia perlukan untuk melukiskan imajinasinya. Barangkali akan segera hadir buku ke-7, ke-8 dan karya-karya lainnya sehingga menambah khazanah penulis cilik tepatnya ‘penulis remaja’ (karena sekarang dia sudah duduk di bangku SMP) di Indonesia, khususnya di Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Pada bulan Desember 2013 setahun yang lalu, putriku ini merupakan satu-satunya utusan dari Provinsi Sumatera Utara untuk mengikuti Konferensi Penulis Cilik Se-Indonesia yang diadakan oleh Penerbit Mizan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saat itu Hafizoh masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6, tentu masih bisa dikategorikan sebagai penulis cilik.

Akhirnya aku berharap, mimpiku memiliki paket internet gratis selama setahun dari Indosat dapat menjadi kenyataan. Kondisi tanpa internet seperti sekarang ini, ibarat berada di negeri antah berantah, atau di hutan belantara yang tidak diketahui mana ujung pangkalnya.

Kini bisa kumaklumi kalau putriku yang penulis ini merasa bete seperti kejadian tadi pagi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun