MATA KEPALA DAN MATA HATI
Kami adalah sejumlah pelajar yang sepakat bergabung dalam komunitas Pohon Antikorupsi Pelajar. Kami menulis dan menerbitkan buku berjudul: "Mengoptimalkan Kesaktian Super Suratkabar versus Keserakahan Super Ganas Koruptor"
Dalam menulis buku ini kami meyakini 2 rumusan:
1.Suratkabar menolong manusia untuk melihat kehidupan tidak hanya menggunakan mata kepala melainkan juga dengan mata hati.
2.Bahwa untuk menjadi antikorupsi tidak bisa instan. Harus dilakukan secara terus menerus. Buku ini salah satu cara cerdas kami dalam memenuhi rumusan itu.
Sejak awal kami bermaksud menjadikan buku ini sebagai buku yang enak dibaca dan mudah dipahami. Maka kami menggunakan bahasa pelajar dalam menjelaskan hasil analisa kami. Kami menyampaikan pemikiran kami sebagai pelajar yang membaca suratkabar. Jadi analisa ini merupakan analisa sebagai pembaca yang kebenaran adalah pelajar.
Kami menyadari agar pemikiran yang kami sampaikan tidak terjebak menjadi omongan yang pasaran, terkesan liar tanpa dasar maka kami perlu menggunakan pendekatan yang terukur. Namun di sisi lain kami juga berharap apa yang kami tulis mudah untuk dipahami orang yang membaca.
Guna menyelaraskan kedua sisi ini kami dalam menghasilkan pemikiran dan saran menggunakan analisa berita sebagai alat bantu. Dengan begitu apa yang kami paparkan dapat dipertanggungjawabkan dan ditelusuri bukti-buktinya. Sementara ketika menyampaikan hasil penelitian kami menggunakan bahasa pelajar, artinya tidak menggunakan bahasa ilmiah yang rumit. Dengan begitu apa yang kami sampaikan dapat dengan mudah dicerna dan dipahami. Dan yang terpenting para pelajar lain tidak sungkan membacanya karena walaupun hasil analisa bukanlah sesuatu bacaan yang rumit dan bikin kening berkerut melainkan tetap bacaan santai yang mudah disimak menggunakan bahasa pelajar.
Guna mempermudah analisa maka kami melakukan 4 langkah.
Pertama, kami menjelaskan lebih dulu mengenai korupsi. Apa itu korupsi? Dan yang terpenting supaya jelas mengapa kita harus membenci korupsi? Kita tidak mungkin membenci sesuatu tanpa memahami apa yang kita benci itu dan mengapa harus dibenci. Dan bagaimana cara membencinya?
Kedua, kami membahas tentang suratkabar. Apa itu suratkabar? Terutama mengenai apa kesaktian suratkabar. Dengan begitu kita akan memahami mengapa suratkabar harus diandalkan sebagai senjata pamungkas dalam membenci korupsi.
Ketiga, kami menganalisa dan membahas realita berita tentang korupsi di suratkabar menggunakan kliping. Kliping tersebut adalah edisi cetak Harian Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja, Tribun Jogja, dan Harian Kompas, masing-masing dalam rentang waktu 1 bulan penerbitan. Ditambah edisi online suratkabar tersebut serta edisi online kantor berita Antara.
Keempat, akhirnya kami merumuskan kesimpulan dan menjelaskan bagaimana seharusnya suratkabar dalam bersikap agar benar-benar kesaktiannya itu optimal bermanfaat dalam memberantas korupsi.
Buku ini berharap menjadi salah satu bacaan yang menarik dan mudah memberi pemahaman kepada pelajar. Maka kami menggunakan seoptimal mungkin jargon dari pelajar, oleh pelajar, untuk pelajar menggunakan bahasa pelajar. Termasuk kami sengaja mendesain tata letak isi buku yang bisa menggairahkan pelajar ketika membaca. Kami sendiri mendesain dengan imajinasi pelajar. Sebab tata letak yang khas pelajar merupakan alat utama yang membuat isi buku menjadi menarik untuk dibaca. Dengan begitu para pelajar menjadi senang membacanya, pada gilirannya sesuai dengan target gol: pelajar mudah memahami tentang korupsi.
HIPOTESA AWAL
Untuk menghasilkan analisa yang bermanfaat maka kami terlebih dahulu menyusun serangkaian hipotesa awal terkait posisi suratkabar. Tugas kami adalah membuktikan benar atau tidaknya hipotesa awal ini.
1.Berita tentang korupsi masih terkesan disampaikan sekedar informasi. Padahal korupsi adalah kejahatan luar biasa. Jadi seharusnya dilawan dan disikapi dengan aksi luar biasa juga.
2.Masih digarap secara biasa-biasa saja.
3.Berita terlalu didominasi dengan berita perbuatan korupsi. Kurang diimbangi oleh berita antikorupsi.
4.Terlalu larut hanya untuk memuaskan rasa dahaga keingintahuan pembaca tentang pelaku-pelaku korupsi, jadi berita korupsi seperti dinikmati sebagai camilan. Atau sekedar memuaskan rasa dendam kita terhadap para koruptor. Hati puas. Titik! Ya, kita berhenti di titik itu. Sehingga yang ada di benak kita hanya dipenuhi gambar wajah-wajah koruptor dan memaksa kita menghafal nama-nama tenar koruptor. Berhenti sekedar menghafal tanpa bermakna dalam mendorong meminimalkan perbuatan korupsi di benak pembaca.
5.Suratkabar masih memposisikan sebagai pemadam kebakaran yang membantu KPK.
KESIMPULAN
Selesai memeriksa kerakusan korupsi, kesaktian suratkabar, dan sejumlah berita korupsi yang dipublikasikan di suratkabar maka kami menyusun kesimpulan yang berhubungan dengan hipotesa awal. Bahwa suratkabar belum benar-benar menggunakan segala kesaktiannya untuk menghantam perilaku korupsi. Suratkabar pada sebagian beritanya masih terjebak menggunakan berita sekedar memenuhi halaman suratkabar. Suratkabar perlu mengeksplorasi lebih banyak cara-cara kreatif guna membuat berita tentang koruptor lebih menggigit dan mempengaruhi mata hati masyarakat.
SARAN-SARAN
Sebagai wujud apresiasi kami kepada pengabdian suratkabar dan para wartawan serta bentuk kekaguman kami akan kesaktian suratkabar dalam memberantas korupsi, maka kami terpanggil ikut memberi kontribusi agar kesaktian suratkabar mencapai puncak. Sebagai pelajar kami wujudkan rasa cinta kami berdasarkan analisa dalam sejumlah saran berikut di bawah ini.
1.KPK membuat kerjasama mengadakan pelatihan wartawan khusus korupsi.
2.Berita ditulis dengan lebih mendalam, bukan sekedar menyampaikan informasi.
3.Berita korupsi dibuat 2 sisi berdampingan dengan berita sengsara rakyat akibat korupsi sebagai perbandingan.
4.Wawancara dengan mantan koruptor yang pernah ditahan, terutama yang dianggap sebagai orang baik-baik.
5.Menyampaikan secara berkala profil tokoh anti korupsi sebagai tokoh panutan.
6.Wartawan menulis berita korupsi seperti semangat orang yang sedang membuat iklan.
7.Membuat rubrik khusus tentang korupsi.
8.Foto-foto yang ditampilkan yang bersifat menggugah dan menimbulkan rasa membenci korupsi.
9.Mengajak para mantan koruptor untuk berbagi cerita dan renungan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh sejumlah narapidana bukan koruptor yang telah bertobat dan kemudian mengabdi kepada kebaikan di masyarakat. Seperti banyak dilakukan sejumlah mantan perampok atau mantan pencopet yang telah bertobat. Kami belum pernah mendengar ada seorang mantan koruptor yang berkisah dan itu bisa menjadi renungan bagi masyarakat terutama generasi muda. Ibarat penyakit, kita bisa meminjam jargon dalam dunia kedokteran, bahwa mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati.
10.Wartawan menulis berita korupsi seperti menulis surat cinta kepada pacarnya.
[caption id="attachment_229755" align="aligncenter" width="960" caption="Buku Karya Pelajar dan diterbitkan sendiri oleh Para Pelajar Antikorupsi"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H