Mohon tunggu...
Putri Yuni
Putri Yuni Mohon Tunggu... -

biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Para Sejarawan, Bagaimana reaksi anda dengan sinetron kolosal Gajah Mada?

31 Mei 2013   20:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:43 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya ngaku kalo saya tidak mengikuti serial ini. Tapi lima menit berada di depan layar kaca, rasanya gatal untuk ga komen. Imajinasi saya berkata kalo nenek moyang kita jaman dahulu bakalan lebih "telanjang" paling ga mengekspos dada lah. Kan Indonesia tropis, jadi agak gerah. Wanita-wanitanya juga, saya pikir mereka bakalan pake kemben n ga bakal berhias batuan imitasi di kepalanya. Mungkin bagian bahasa, saya ga tau bahasa apa yang Gajah Mada gunakan waktu itu. Kemungkinan besar bakal kedengaran kayak bahasa Jawa atau malah bahasa Vietnam atau Tagalog.

Intonasi yang mereka gunakan juga kemungkinan ga kayak ngomong baca puisi. Saya takjub sama sejarah Indonesia, kalau saya bisa melakukan perjalan waktu saya bakal mengunjungi kerajaan-kerajaan dahulu n melihat bagaimana peradapan kita masa lalu. Saya agak skeptik sama ilmu ajian-ajian gaib bener-bener ada. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa dahulu kala Indonesia mistis.

Saya bisa bayangin kalau para pasukan, kesatria kerajaan bisa terbang. Kayaknya bukan hal mustahil. Yang saya lebih yakin lagi, kayaknya cara Gajah Mada menguasai nusantara ga bakal jauh-jauh dari kata "kejam" deh. Lirik serial kolosal negri Paman Sam "Game of Thrones" yang dimana-mana kepala terpenggal berjatuhan, kaki, tangan, jari dipotong. Saya pikir Gajah Mada juga bakal melakukan hal yang sama untuk merebut kekuasaan dari raja-raja kecil.

Saya penasaran taktik macam apa yang si Gajah Mada bakal lakuin, karena kayaknya orangnya jenius banget. Saya lupa pelajaran sejarah SD, n saya nyesel kenapa dulu saya belajar hanya untuk ulangan. Tapi ga juga, saya yakin, sejarah yang kita terima di SD banyak editannya. Di kurangi, ditambah atau malah di dramatisir. Jadi saya merasa ndak bersalah ga pernah percaya.

Saya yakin sejarah perebutan singgasana Majapahit bakalan luar biasa kalau digarap serius, ambisius berdasar fakta-fakta yang ada. Sayang kita kekurangan ahli sejarah. Para generasi sekarang pada berebut memperebutkan kursi pegawai negri dengan iming-iming hidup stabil sampai tua. Temasuk saya XD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun