Mohon tunggu...
Poeronetoo Solo
Poeronetoo Solo Mohon Tunggu... -

berpikir baik, berkata baik dan berbuat baik, untuk menjadi orang baik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Senang Dijepit kok, karena Semakin Melejit

18 September 2014   16:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:20 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden terpilih Jokowi, dengan dukungan suara sah sebesar 70,9 jt  tidak berarti jalan kedepan dalam memimpin negara ini berjalan dengan mudah & lancar – lancar saja. Dengan masih menyisakan aroma ketidak ikhlasan dari Koalisi Merah Putih, yang bukan hanya menguasai suara parlemen namun juga media televisi nasional saat ini. Berbagai pemberitaan yang semi menyinggung dan analisa yang serba berlawanan atas rencana kebijakkan presiden terpilih itu , menghiasi hampir setiap siaran politik dalam kesehariannya.

Terkadang menjadi miris & sedih saja ( bukan karena dukung mendukung presiden terpilih ), tetapi inilah Sang Presiden kita yang sudah diputuskan oleh KPU & MK sebagai Presiden ke-7 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini nantinya. Seakan sudah tidak ada etika & rasa menghargai pemimpin dari bangsa ini , sehingga dengan berbagai cara dilakukan untuk membuat “ perlawanan “ yang mengabaikan hati nurani mereka.

Tapi, bercermin dari kejadian & pengalaman yang sudah terjadi dalam 4 tahun terakhir ini, sosok yang satu ini memang beda adanya. Baik dari fisik , attitude, komunikasi , interaksi sosialnya dan budayanya, menjadikan seorang Jokowi yang semakin dijepit bukannya terjepit, tetapi malahan semakin melejit........

Berawal dari Pilkada 2010, dengan maju kembali sebagai calon walikota incumbent di Kota Solo berhadapan dengan KP. Edy S Wirabumi yang menjadi menantu Raja Keraton Solo Kanjeng Sunan Paku Buwono XII dan akhirnya Jokowi mampu meraih kemenangan yang cukup fenomenal dengan raihan 90,09 %. Padahal pemilu kedua adalah sebuah pembuktian apakah calon tersebut dinilai berhasil menyejahterakan rakyatnya apa tidak...

Ujian berikutnya menanti Jokowi, disaat diminta & menyetujui untuk maju dalam Pilkada 2012 sebagai calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Ahok yang didukung oleh partai PDIP & Gerindra, yang hanya mempunyai total 17 kursi saja dari 94 kursi yang ada. Berbagai cercaan dan negative campaign menghampiri pasangan ini, tetapi akhirnya mendapatkan suara sebanyak 1.847.157 suara sah atau 42,60 % mengungguli pasang Foke – Nara yang juga lolos untuk putaran II. Dan hasil inipun memutarbalikkan prediksi banyak pengamat politik dan pejabat teras partai – partai saat itu.

Tidak berhenti disitu saja, jepitan / himpitan yang dilalui seorang (maaf) “ kerempeng “ Jokowi ini. Diputaran II Pilkada DKI Jakarta, semakin dikepung kembali dengan gajah – gajah politik di DKI Jakarta dan semakin gencar pula isu kampanye yang dilancarkan untuk menjatuhkan peluang Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta ini. Sampai isu radikal SARA pun juga dihembuskan oleh oknum Team Kampanye ataupun simpatisannya , untuk menghambat popularitas Jokowi baik di masyarakat maupun di social media. Namun, akhirnya juga Jokowi lah pemenang dari putaran II ini, dengan suara sah 4.592.945 atau 53,82 % dan dilantiklah menjadi Gubernur DKI Jakartapada tgl 15 Oktober 2012 melalui Sidang Paripurna Istimewa DPRD DKI Jakarta.

Dan yang belum lepas ingatan kita semua atas proses dari Jokowi yang “dimajukan” sebagai calon Presiden dalam Pilpres 2014 oleh partai PDIP dan Nasdem, berpasangan dengan Jusuf Kalla dan akhirnya mendapatkan dukungan tambahan dari partai PKB, Hanura dan PKPI. Kalaupun melihat total suara perolehan di DPR , partai pengusung pasangan ini hanya mempunyai kursi 207 ( 36,46 % ) dari total kursi 560 kursi. Pilpres 2014 inipun berbeda dari pilpres yang pernah ada, karena hanya menempatkan dua pasangan calon saja sehingga sangat terasa nuansa “ berseberangannya “ antar dua kubu ini.

Hantaman dan cara kampanye mulai dari yang halus sampainya isu RIP nya Jokowi, dihembuskan dan disebarluaskan melalui berbagai media televisi maupun cetak. Khusus siaran televisi seakan berpacu didalam penggarapan kampanye udaranya, tergantung kepada afiliasi politik pemiliknya yang notabene dikuasai pula oleh Koalisi Merah Putih. Dan Pilpres 9 Juli 2014 itupun berlalu dengan menghasilkan suara sah untuk Jokowi JK sebesar 70.997.833 atau 53,5 % dan diputuskan di MK bahwa seorang JOKOWI lah yang menjadi Presiden terpilih untuk memimpin negara ini 2014 – 2019.

Dan diprediksikan mulai sekarang sampai menjelang selesai tugasnya nanti, sudah terasa dan terlihat jepitan itu sudah mulai dilancarkan & datang seakan deburan ombak dipinggir pantai yang tidak pernah berhenti..

Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah APAKAH MEREKA TIDAK PERNAH BELAJAR & MEMPELAJARI CARA UNTUK MENAKLUKAN SEORANG JOKOWI.....??? yang saat ini bisa disimpulkan kalau semakin dijepit akan semakin melejit saja..!!

Salam@Indonesia.Koe?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun