Mohon tunggu...
Rangga Poeradisastra
Rangga Poeradisastra Mohon Tunggu... -

Never forget..! Tomorrow is a new day..read..travel..meet new people..learn forever..make the best of it everyday.... practise myself to little thing n these proceed to greatear. listen n learn..live well..be happy all the time why not..?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Story Of My Life

7 Februari 2010   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

True Story - Written By : Rangga Poeradisastra -

“Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana bahkan jauh dari serba kecukupan Dahulu ketika masih kecil aku selalu bermimpi agar suatu saat ketika dewasa kelak dapat membahagiakan kedua orang tuaku yang sudah memeras keringat dan darah demi aku…tubuhku kecil,berpakaian putih,bercelana merah serta rambut kucay tidak tertata dengan rapi sepatuku hitam bertali putih ber kos kaki putih gading tinggi hampir sebetis .. betapa senangnya diriku ketika masih kuingat jelas masuk SD pertama kali walaupun untuk masuk sekolah akupun harus membatu kedua orang tua dengan berdagang tidak sekalipun terpikir beban buat diriku..sepulang sekolah kuletakkan baju putih celana merah serta sepatu kecilku dengan baik karena itulah barang yang amat sangat berharga buatku..berganti pakaian seadanya memegang tampah yang terbuat dari anyaman bambu berisi beberapa jenis kue-kue yang sudah ibuku buat kuangat tampah tersebut diatas kepalaku dengan riang aku berjalan mengitari perkampungan berteriak dengan lantang “Kue,..nanas..unti…pisang goreng..ada yang mau beli ” sambil sesekali kuliat kiri dan kanan berharap ada yang mau membeli daganganku, disaat anak-anak seusiaku sibuk bermain aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan begitu riang gembira memegang bulatan kayu kecil terlilit tali memutar keatas kebawah penuh canda tawa…aku hanya dapat melihat dari jauh sambil sesekali senyum-senyum sendiri.

Hari itu Dua Ribu Lima Ratus Rupiah yang sudah kudapat dari hasil berdagang seharian
Ibuku tersenyum sambil berkata “Alhamdulillah tuhan masih memberikan kita cukup rejeki hari ini nak..ambil lah Seribu Lima Ratus Rupiah ini untuk kamu tabung pergunakan uang tsb untuk membayar sekolahmu…akupun berkata “bagaimana dengan ibu apakah sisa uang tsb itu cukup ?? Ibu pun berucap uang itu sudah lebih dari cukup buatku wahai anakku uang 1000 rupiah itu tidak ada artinya apa-apa buatku dibanding dengan 1000 langkah kaki kecilmu setiap hari menjajakan kue..Liat kaki dan Kulitmu kotor terkikis terik panas matahari penuh harapan dan semangat…sekujur tubuhku lemas terkulai wajahku pucat pasih… akupun terdiam sejenak..airmata deras mengalir membasahi seluruh tubuh….

Fisikku bertambah besar pakaianpun berganti celana biru tua berkemeja putih agak kekuningan bahagianya aku ketika masih bisa melanjutkan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama kehidupankupun tidak berubah ibuku berjualan lauk pauk sedangkan ayahku buruh pabrik dan juga sesekali menjadi kuli bangunan.untuk menopang keadaan keluarga akupun ikut membantu mereka dengan berjualan mengitari seluruh perkampungan sepulang dari sekolah..kucuci seragam serta celana sekolahku sehabis aku pakai begitu setiap hari karena aku hanya mempunyai satu seragam..kemeja tersebut tidak lagi berwarna putih cerah melainkan kuning kecoklatan.begitupun halnya dengan celana tidak lagi berwarna biru melainkan putih pucat bahkan diarea tertentu terlihat plester karena robek dimakan aktifitas setiap hari.
Suatu ketika saya sedang kepasar dengan ibuku membeli beberapa bahan pokok untuk berdagang esok..tiba-tiba pandangannya terarah kesalah satu toko diasana terpajang dengan manis sebuah saputangan ia menghampiri toko tersebut, tampak lelaki setengan baya bermata sipit memakai pakaian putih polos dengan rambut penuh uban renta dimakan usia masih amat sangat jelas kuingat nama pemilik toko tersebut Engkoh Huan begitulah ia biasa dipanggil ia mulai menyapa ibuku : “Mari Bu....silahkan liat-liat…!! ibukupun mulai menunjuk sebuah saputangan indah berwarna kuning bercorak bunga matahari ia memegangnya sambil tersenyum..”berapa harganya kohh…lima ribu lima ratus rupiah bu !! sahut pemilik toko tersebut..ibukupun memasukan tangannya kedalam saku celana dan mulai mengeluarkan dompet..ia terdiam sejenak..entah apa yang ada didalam pikirannya saat itu..lalu ia berucap lain kali saja ya kohh jika suatu saat ada rejeki saya berjanji akan kembali lagi untuk membeli saputangan ini…ditengah perjalanan pulang ibukupun hanya diam tidak berbicara sedikitpun..mulai saat itu aku bertekat akan membelikan ia saputangan itu walaupun aku harus bekerja amat sangat keras untuk mendapatkan uang..aku tidak pernah peduli.Aku pun mengumpulkan uang sedikit demi sedit sampai akhirnya aku dapat membelinya ,malam hari ketika ia selesai shalat kuberikan saputangan indah itu tepat disaat hari ulang tahunnya….air mata jatuh membasahi wajahnya dan sampai kini pun saputangan indah itu selalu menemani disaat ia sakit.

sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan sekolah.serta meneruskan ketingkat menengah atas hari demi hari berjalan seperti biasa..pada suatu ketika aku mencuri uang dari lemari pakaian ibuku senilai 20 ribu masih kuingat jelas uang tersebut kugunakan tak lain dan tak bukan untuk jajan sehari-hari karena pergaulan di sekolah membuat pemikiran serta sifat kupun sedikit berubah akupun sedikit terbawa oleh arus usia, tidak pernah berpikir ibu entah tau atau tidak aku mencuri uang sampai akhirnya kebiasaan itupun terus berulang..aku sadar ia tau akan hal ini akan tetapi ia membiarkan saja..aku tidak pernah lagi sempat untuk dapat berpikir tentang perjuangan...kerja kerasnya..keringat yang sudah ia keluarkan untuk dapat menopang keadaan keluarga akupun acuh dengan hal itu.. disuatu malam aku mendengar rintihan suara ibu menangis ia duduk bersila di bawah sajadah coklat muda yang sangat lusuh dan kotor, mulutnya tak pernah berhenti membaca lafal ayat-ayat suci serta tangannya erat memegang beberapa bulatan-bulatan kecil tasbih yang siap pecah bertaburan dilantai..sekujur tubuhnya basah dengan linangan derai air mata
Ia berucap dan berdoa “ wahai tuhan mengapa anakku sekarang berubah.apa salah dan dosaku hingga ia sekarang berani mencuri uang yang sudah susah payah kutabung seaindainya ia tau uang tersebut kukuumpulkan untuk membiayai ia agar masuk ke perguruan tinggi menjadi manusia dengan ahlak dan budi pekerti yang baik.. akan tetapi akupun teringat tentang perjuangannya ketika ia kecil..ia memberikan ku sebuah hadiah indah dengan kerja kerasnya yang tidak pernah lelah dalam mengumpulkan sedikit demi sedikit uang….kulitnya terbakar dibawah terik panas matahari tubuhnya kurus hanya berbalut tulang hingga detik ini…Aku tidak akan pernah lupa akan semua itu tuhan…

Ia mengelap wajahnya yang basah karena linangan air mata dengan saputangan itu ia pegang dengan sangat erat…erat sekali
Malam itu aku mendengar semua perkataanya..hatiku bagai ditusuk 1000 jarum amat sangat sakit dan perih sekali,akupun menangis sejadi-jadinya aku tidak mau ia mendengar suaraku…..kugigit jari telunjukku dengan sangat keras sambil terus menangis dan menangis..hingga aku tidak menyadari jariku berdarah. Kuhiraukan rasa sakit itu..keseokan harinya ia memadangi wajahku yang bengkak tak kuasa menatap wajahnya aku bersimpuh sujud dikakinya memohon ampunan…

Memasuki fase ini adalah proses pendewasaan diri itu dimulai,ketika lulus Sekolah Menengah Atas, akupun bisa meneruskan pendidikan ke bangku kuliah dengan hasil kerja keras dari ibu yang tak pernah mengenal lelah dalam bekerja dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang, Dikala orang tertidur pulas hingga merasakan indahnya mimpi ia harus terbangun karena harus berdagang dan mencari uang. Dikala ia tertidur pulas walaupun hanya sebentar, ia kembali disibukkan dengan segala aktivitasnya. Begitulah aktifitas ia setiap hari sebagai penjual nasi uduk…aku sengaja memilih tempat kuliah yang tidak jauh dari rumah dengan alasan berhemat dan harus menyadari tentang keadaan ini. Setiap harinya aku menjalani semua itu dengan beban yang sangat berat karena aku tidak mau membuat ibuku bersusah payah untukku..tapi apa boleh buat jalan kehidupan sudah dipilih jadi aku harus memanfaatkan keadaan itu dengan sebaik mungkin dan tidak boleh membuat ia kecewa…tapi aku berpikir entah sampai kapan aku harus bertahan dengan semua ini,serta entah kapan pula aku harus mengandalkan ibuku untuk membayar kuliahku sendiri…..?
Walapun sebenarnya aku tidak menyukai jurusan yang aku ambil tapi aku harus bisa menikmati itu semua dengan hati yang senang..masih dapat mencari ilmu dibangku kuliah saja aku sudah sangat beruntung, jadi kubuanglah jauh-jauh perasaan itu…..

Tuhan memberikan sesuatu kepada umat jika kita mau berusaha dan berdoa itu semua terbukti kebenaran kuasa dan mukjizatnya. Memasuki semerter 2 aku kuliah, akhirnya diumurku yang baru beranjak 19 tahun aku sudah dapat bekerja di salah satu Bank besar..
Betapa senangnya aku dan keluarga tidak bisa dilukiskan hanya dengan untaian kata-kata, disanalah proses pendewasaan diri dan transformasi kehidupanku pun berubah. Walaupun aku masih sangat muda semua hal-hal yang aku peroleh sama dengan pegawai-pegawai lain yang sudah berpengalaman tidak ada perbedaan atau diskriminasi sedikipun, aku sangat bahagia ditambah aku sudah bisa memperoleh gaji dari hasil kerja kerasku sendiri makin melengkapi rasa senang itu, ketika kuperoleh gaji pertamaku semua uang itu kuberikan ke ibuku tapi ia hanya mengambil satu lembar uang 100 ribu…sedang sisanya ia kembalikan lagi ke aku dan berkata “ Ambil saja uang ini untuk membayar kuliahmu…ibu tidak membutuhkan banyak uang yang ibu impikan agar kamu bisa menjadi anak yang berhasil dalam segala hal serta mensyukuri atas sesuatu yang tuhan berikan apapun itu bentuknya” tangan dan bibirku gemetar, aku hanya terdiam, sejenak kedua kelopak mataku basah…

Setiap harinya puluhan bahkan ratusan pengalaman serta ilmu baru yang kudapat selama bekerja disana , apalagi memang pekerjaan itu menuntut untuk bertemu dengan berbagai karakter yang setiap harinya aku jumpai berusaha untuk belajar serta mencontoh dari mereka merupakan hal terindah yang tidak akan bisa dilupakan selama hidupku,
Kuliah sambil bekerja awalnya memang sangat berat bagiku tapi itu semua adalah tantangan dimana kita dapat menghargai waktu sebaik mungkin, pada awalnya tidak ada masalah dengan hasil nilai-nilai kuliahku akan tetapi memasuki semester ketiga nilai itu menurun drastis karena konsentrasiku terpecah dan lebih banyak terfokus untuk urusan kerja dan kerja sampai pada akhirnyapun titik kejenuhan itu timbul, disaat diriku harus menyusun skripsi serta menerima hasilnya aku harus menerima itu semua dengan hati yang lapang dimana hasil skripsiku tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan, ada satu kesalahan kecil tapi berefek fatal dimana aku menggambarkan suatu entitas yang mempunyai arti sama….dua pilihan ada didepan mata, aku harus mengulang membuatnya kembali atau menerima itu semua dengan ihklas …!!! Pilihan sudah aku pilih. Aku harus mengulang membuat skripsi serta melakukan sidang kembali, sungguh sangat menyita waktu dan pikiran pada saat itu orang yang selalu memberikanku semangat adalah ibuku dan iapun akhirnya tersenyum ketika aku berhasil lulus dan diwisuda, sungguh senangnya hatiku tidak dapat tergambarkan ketika kulihat kedua wajah ayah dan ibuku….

Siang itu lemari pakaian ibuku terbuka,disana terlihat sebuah kotak berwarna coklat kehitaman disudut kanan dan kirinya terukir symbol kaligrafi , perlahan-lahan kubuka kotak tersebut terdapat sebuah saputangan terlipat manis dan tertata dengan sangat rapi..walaupun saputangan itu tidak lagi berwarna kuning cerah serta beberapa corak bunga matahari itu perlahan pudar..kuambil serta kuletakkan di tanganku sambil terus kupandangi ..aku berpikir ada yang aneh dengan saputangan ini dibalik saputangan yang terlipat itu ternyata terdapat sebuah photo yang sudah sangat lama dimakan arus zaman…
Akan tetapi jika diperhatikan dengan seksama masih amat sangat jelas..mataku tidak pernah berhenti untuk melihat setiap sudut demi sudut di dalam photo itu..wanita setengah baya memakai kebaya tempo dulu berwarna putih gading dengan kain batik berwarna coklat bernuansa bunga-bunga dengan konde besar dirambutnya disasak dengan sangat tinggi..aku mulai berpikir tentang wanita ini…!!!! Pandangannku terarah kegadis remaja disebelahnya kira-kira umurnya sekitar 18-20 tahunan, gadis remaja itu tersenyum ceria memakami pakaian putih di sudut kiri bajunya terdapat pita warna-warni sangat manis sepanis parasnya…
Pikirannku mulai menerawang jauh menerka serta berpikir tentang wanita paruh baya dan gadis remaja itu…. ????
Dibalik siluet-siluet photo yang tampak samar samar..mataku kuarahkan ke photo tersebut sangat dekat melihat setiap detail dari photo itu ..aku mulai memperhatikan tangan kiri dari wanita itu, ia membawa sebuah kain kuning bercorak bunga sangat mirip seperti saputangan yang kuberikan untuk ibuku dahulu..dan yang paling membuatku kaget dibelakang photo tersebut terdapat beberapa rangkaian tulisan..aku tidak dapat membaca tulisan itu dengan jelas..hanya sedikit yang berhasil kuartikan “ 22 Desember 1997 jasad ibuku telah dikubur bersama dengan kenangan kain kuning itu”
Ketika kubaca tulisan itu tubuhku merinding, badannku lemas terkulai serta bibirku gemetar kugigit gigiku dengan sangat keras menahan butiran-butiran kristal cair agar tidak jatuh membasahi wajahku….
Setelah hampir 24 tahun kini usiaku aku baru menyadari makna dari saputangan itu…
Saputangan itu mirip dengan diberikan oleh ibunya dahulu ketika ia genap berumur 20 tahun ..penuh cerita..pengorbanan dan kenangan di dalam saputangan yang kini terkubur bersama jasad nenekku.

Kira-kira I bulan lalu suatu peristiwa yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa kulupakan pun terjadi “ Aku memasuki sebuah rumah, aroma kesedihan memancar jelas disekelilingnya. Setiap orang yang kulihat memakai pakaian serba hitam tidak jauh dari rumah itu. Tampak jelas bendera kuning melambai-lambai tertiup angin, seolah menggambarkan ada petunjuk kematian di sekitar sini…aku melihat wajah mereka satu per satu asing sangat asing buatku aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Langkah kakiku semakin dekat memasuki arah pekarangan rumah itu…suara tangisan terdengar sangat jelas dari bawah pohon jambu aku menghampiri sumber suara itu disana tampak sesosok anak laki-laki memakai baju putih rambutnya acak-acakan..aku berusaha mengenali serta mengamati dengan sangat dekat wajahnya ia sembunyikan dengan sangat rapat tertunduk diantara kedua kakinya, sesak suara tangisnya makin lama terdengar keras, aku berusaha memperhatikan setiap gerakannya..matanya sangat merah,giginya menggeretak bergetar kencang menahan tangis …perlahan-lahan wajahnya mulai terlihat…aku sangat terkejut “Dia adalah adikku…ya dia adalah adikku…!!! Aku bertanya….Apa yang terjadi ? ia seolah acuh tak mendengarkan semua perkataanku diam tak berbicara sepatah katapun…air mata terus mengalir, akupun ikut menangis. Ratusan kali aku bertanya ia acuh seolah tak mendengar…tangannnya menunjuk kesebuah pintu kearah rumah itu…!! Seolah sedang memberikan isyarat…!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun