[caption id="attachment_132394" align="aligncenter" width="500" caption="Halaman asrama bu"][/caption] Empat kali lebaran empat kali juga saya sudah meninggalkan tanah air. Terbayang wajah rindu wajah orang tua yang semakin tua dan adik yang beranjak besar. Ah hidup itu perjuangan dan perjuangan yang takkan pernah berakhir sampai bertemu Tuhan. Bukankah kelak di hadapanNya, saya akan sedikit lega karena masa muda, digunakan untuk menuntut ilmu. Saya harus semangat, insya Allah tahun ini menjadi lebaran terakhir di negeri nabi Musa dan Harun as. Lebaran tahun ini agak sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Kalau tahun pertama, kedua dan ketiga, saya merayakannya di Mesjid Robeah, Asyir dan Azhar, sekarang saya ingin sholat ied di Bu'ust. Ya orang Mesir sering menyebutnya Mandinatul Bu'ust tapi sebagian mahasiswa lebih pede menyebutnya Islamic Mission City. Dari segi bahasa punya arti sama yang menyiratkan makna asrama pelajar asing. Asrama di Islamic Mission City ini menampung sekitar 4500 mahasiswa dari berbagai penjuru dunia non arab. Mayoritas penghuni sini adalah pelajar afrika seperti Sudan, Somalia, Nigeria, Kenya dsb. Mahasiswa asia juga lumayan banyak seperti dari Indonesia, Pakistan, India, Banglades, Afganistan, Cina. Dan sedikit mahasiswa dari eropa seperti Rusia, Gerogia. Selain itu asrama Mission City juga tersedia bagi mahasiswi, letaknya tepat di depan asrama mahasiswa. Karena letaknya yang strategis, banyak mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang tertambat hatinya dan berujung ke pelaminan. so sweeet Malam sebelum sholat ied, saya sudah sampai di depan asrama. Di pintu gerbang saya nyelonong aja masuk dan menuju langsung kamar teman saya karena saya yakin petugas keamanan menganggap wajah orang indonesia mirip semua. Seperti biasa, setiap lebaran kita selalu menghidupkan suasana di Indonesia seperti membuat Lontong Opor, meski banyak bumbu yangabsenkita tetap semangat memasaknya. Prinsip kita yang penting warnanya mirip Lontong Opor. Memasak Lontong Opor bisa dikatakan susah susah gampang tapi beruntung ada temen yang jago masak karena sewaktu di pondok bagian dapur. Pertama merendam beras dulu selama dua jam, mengiris bawang, memeras santen, sampai tak terasa adzan subuh berkumandang. Alhamduillah semua pekerjaan sudah selesai tinggal dimasak sampai mendidih. uh, berat juga pekerjaan kaum ibu yang tiap kali lebaran selalu buat masakan khas ini. Pukul enam pagi, kami bersama mahasiswa negara lain menuju mesjid. Saya merasa seperti mau ke karnaval. Semua negara memiliki busana khas sendiri seperti mahasiswa afrika memakai jubah dengan warna 'jreng'. Pakistan, Banglades, Afganistan dan India, mereka memakai seperti baju koko dengan panjang selutut. Mahasiswa Cina memakai baju khas mereka, Mahasiswa Rusia tidak mau kalah dengan full dress kantor tanpa dasi. Sedangkan mahasiswa Indonesia tak kalah menarik, sebagian mereka ada yang memakai sarung dengan atasan kaos atau baju koko, tapi sebagian lain memakaijalabiyah, baju khas orang arab. Sampai di depan masjid, kita berfoto foto dulu sekitar lima menit sambil menunggu teman yang lain lalu bergegas masuk dan melaksanakan sholat ied dengan khusu' kemudian setelah itu dilanjutkan dengan mendengarkan khutbah.Khatib atau pengkhutbah berwasiat agar mahasiswa al azhar ketika pulang nanti harus memperjuangkan nilai islam yang toleran danmelekfikih, beliau menjelaskan perbedaan fikih di masyarakat sering mengakibatkan pengkafiran sesama muslim, selain agar selalu menjahui paham sekulerisme yang justru malah menjauhkan manusia dari agama. Subhanallah, inilah indahnya islam, kita berasal dari negara berbeda tapi kita menuju tempat yang sama yaitu masjid. Kulit dan postur tubuh kita berbeda tapi kita bersama menuju ketaqwaan. Bahasa kita berbeda tapi disatukan dengan bahasa agama yaitu bahasa arab. Madhab fikih kita berbeda tapi sekali lagi disatukan dalam bingkai ketaatan. Tak terasa air mata saya meleleh, tak kuasa melihat keindahan ini. Saya melihat inilah secuail potret  negara saya yang sebenarnya. Indonesia yang terkenal toleransi, Indonesia yang ramah. Andaikata kita bisa melaksanakan impianfounding fatherkita niscaya kita akan menjadi bangsa yang besar bahkan jadi panutan bangsa lain. Amiiin Kullu Amin Wa Antum Bi Khoir. Taqobbalallahu Minna Wa Minkum Taqobbal Ya Karim [caption id="attachment_132390" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana setelah sholat ied"][/caption] [caption id="attachment_132391" align="aligncenter" width="300" caption="Indahnya kebersamaan"][/caption] [caption id="attachment_132393" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bareng dengan mahasiswa Nigeria"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H