Mohon tunggu...
Dwi Santosa
Dwi Santosa Mohon Tunggu... -

25 years old\r\nYoung Enterpreuner\r\n Alumnus of Universitas Pelita Harapan\r\npoenja_doehwie@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kembali ke Alam, Kembali ke Pulau Haruku

28 Mei 2013   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:54 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tahu Haruku? Mungkin banyak dari kita yang belum pernah mendengar namanya. Memang di deretan pulau-pulau Lease, pulau ini masih kalah populer dibanding Pulau Saparua meskipun jaraknya lebih dekat ke Pulau Ambon. Namun, itulah yang membuat pulau ini menjadi lebih asri dan asyik untuk dieksplorasi. Pulau Haruku memiliki beberapa negeri (desa) berdasarkan agama, seperti yang umum terjadi di Maluku. Ada 4 Negeri Muslim (Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni) dan 7 Negeri Kristen (Hulaliu, Kariu, Sameth, Haruku, Oma, Wassu, Aboru) yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja (kepala desa). Jangan berpikir raja-raja ini memiliki istana dan mahkota yang megah, Kebanyakan mereka hidup sederhana sebagai petani cengkeh. Pada November 2012, saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi salah satu negeri di Pulau Haruku, yaitu Wassu. Di sini matahari terasa lebih panas daripada yang saya rasakan di Ambon. Jadi saya 'bersembunyi' di sebuah rumah sebelum memulai eksplorasi. Di rumah itu saya dijamu dengan ramah oleh orang lokal yang menyuguhkan makanan tradisional seperti ikan kuning, ikan cakalang, bumbu colo-colo dan talas untuk makan siang. Setelah kenyang dan matahari menjadi cukup jinak, saya pun memulai eksplorasi menggunakan speedboat, transportasi utama di negeri ini karena tidak tersedianya jalan aspal. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah sebuah mata air dingin yang unik bernama Waihokal. Letaknya ada di pantai yang penuh dengan populasi tanaman bakau, di sebelah timur negeri Wassu dan dekat ke Aboru. Di sini saya menyaksikan bagaimana air laut yang asin bercampur dengan air tawar yang keluar dari mata air tersebut. Menurut legenda setempat, dahulu kala ada seorang pejuang yang kehausan lalu menancapkan tombak ke tanah sampai tanah itu menyemburkan air untuk diminum. Lalu saya bergerak ke arah barat Wassu, tepatnya ke Pantai Haraloi. Air dari pantai itu sangatlah jernih dengan tebing batu yang berperan bagaikan dinding pembatas. Karena hampir sama sekali tidak ada turis di sini maka saya tidak melihat ada sampah-sampah plastik bertebaran seperti di kebanyakan pantainya Indonesia. Jadi Pantai Haraloi ini masih sangat alami. Tempat terakhir yang saya tuju adalah sebuah air terjun yang bernama Air Biru. Untuk pergi ke sana, saya harus melewati hutan. Jalurnya sangat sulit dilewati. Ada banyak batang pohon yang tidak bersahabat, rerumputan yang membuat gatal, dan tanaman nanas liar yang daunnya tajam.Tanpa dipandu oleh orang lokal, saya pasti akan tersesat. Ini benar-benar hutan, tanpa jalan yang jelas! Ada banyak dataran yang terjal dan berbahaya. Untung saja saya tidak terjatuh. Masih ada lagi. Sebelum sampai di air terjun, saya masih harus melewati bebatuan besar yang licin di sungai. Ketika air terjunnya kelihatan, saya sangat lega. Ini benar-benar sebuah petualangan! sumber: http://traveldonk.blogspot.com/2013/02/haruku-neighborhood-island.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun