Ada hal yang selama ini masih menari-nari dipikiran saya secara pribadi (atau mungkin dibeberapa) yang kurang lebih sama seperti saya dalam menerjemahkan esensi Ketuhanan.
Dia (Tuhan) yang kata beberapa kalangan harus dibela dengan dalil (ini saya lakukan karena membela Tuhan) kok ya masa iyah Tuhan yang katanya maha segalanya harus dibela oleh manusia-manusia tercela (dengan tidak mengurangi rasa hormat berarti sudah meragukan ke-Maha-annya).
Dalam beberapa kasus biasanya Tuhan dijadikan alasan yang paling tepat sehingga pada saat itu manusia harus turut dan manut karena (ditakut-takuti) atas nama Tuhan dan Ketuhanan, sementara disisi lain Tuhan tidak pernah mendelegasikan kepada manusia manapun untuk menjadi bahkan (seolah-olah) sebagai kepanjangan-tangaNya di Bumi, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Tuhan yang mana pun juga bolehlah kiranya tegaskan dalam 'bahasa' yang bisa dimengerti oleh semua kalangan baik para penerjemah Agama (yang terkadang hanya atas dasar kepentinganya semata), para marketing surga, para 'Tentara dan Laskar-nya' bahwa saya (Tuhan) tidak perlu dibela. Demikian saya nyatakan "Eksistensi Tuhan atas segala ke-maha-annya tidak memerlukan pembelaan dari manusia macam apapun". Dan apabila Tuhan anda masih harus dibela oleh tangan anda berarti Tuhan telah cacat dimata anda. -::-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H