Ketika merenungkan Yohanes Pembaptis, saya langsung teringat kata-katanya yang bagi saya inspiratif: Biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil. Ungkapan khas Yohanes Pembaptis ini bagi saya menunjukkan karakter MAGIS Yohanes Pembaptis. Pada peringatan wafatnya Yohanes Pembaptis hari ini saya terdorong untuk merefleksikan lebih dalam karakter MAGIS dalam kehidupan kita sebagai para pengikut Ignatius.
Tidak jarang orang memahami MAGIS sebagai tidak pernah puas dengan apa yang telah dicapai sehingga harus selalu bekerja keras. Pemahaman yang salah tentang MAGIS ini dapat membawa orang pada perfeksionisme berlebihan dan bekerja di luar batas alias workaholic dan ujung-ujungnya orang jadi burn out dan malah tidak efektif bagi tugas perutusan. Lantas, apa sebenarnya makna MAGIS yang sejati? Pater Kolvenbach, SJ mengatakan bahwa penekanan Ignatius akan keterangan komparatif ini tidak dimaksudkan untuk mengilhami para pelayan agar memaksa diri melampaui batas-batas manusiawi mereka, melainkan untuk membuka mereka bagi kesiapsediaan yang lebih besar untuk bekerja sama dengan Kristus. Dalam arti ini kita bisa belajar dari St. Yohanes Pembaptis yang kita peringati hari ini tentang apa artinya bekerja sama dengan Allah, membiarkan Dia semakin besar dan aku semakin kecil.
Dengan demikian MAGIS bukan berarti mengambil alih karya Allah dengan bekerja di luar batas, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa turut berpartisipasi dengan Allah yang selalu bekerja di dunia (mecum laborare). Yohanes Pembaptis dalam hidup dan karyanya pun tidak berusaha memonopoli karya Allah, malahan dia dengan sadar mengambil peran sebagai the man behind the gun yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat. Jika dia mau, dia sebenarnya bisa mengambil alih peran Sang Juruselamat karena bagaimanapun dia sudah memiliki kompetensi untuk itu dan mempunyai banyak murid yang setia. Di sinilah kita bisa belajar tentang arti sejati MAGIS yang diajarkan oleh St. Ignatius, yaitu bahwa seperti Yohanes Pembaptis, kita dengan sadar membiarkan Allah semakin besar dan kita semakin kecil.
Untuk bisa sampai pada kematangan rohani semacam itu, Yohanes Pembaptis telah terlebih dahulu mengolah relasi yang akrab dengan Allah dalam setiap tahap kehidupannya (familiaritas cum Deo). Kedekatan dengan Allah dalam doa dan karya sehari-hari inilah yang mengajarkan kerendahan hati sejati pada Yohanes Pembaptis yang berani meletakkan seluruh kepercayaannya pada Allah sehingga tidak takut untuk dipenggal oleh Herodes. Secara fisik Yohanes Pembaptis mungkin mati tetapi dia tetap hidup dalam hati kita untuk senantiasa mengajarkan arti menjadi MAGIS dan rendah hati di hadapan Allah.
Berkaitan dengan kerendahan hati seperti yang diperlihatkan oleh Yohanes Pembaptis, saya ingin mengutipThomas à Kempis, pengarang buku kecil terkenal“Mengikuti Jejak Kristus” yang menulis sebagai berikut: “Tuhan melindungi dan membebaskan orang yang rendah hati. Tuhan melimpahkan cinta-Nya dan memberi hiburan kepadanya. Orang yang rendah hati sungguh dekat pada Tuhan dan diberi rahmat banyak, dan setelah menderita penindasan ia dimuliakan Tuhan” (Buku Kedua, Pasal II, 2; terjemahan alm. Mgr. J.O.H. Padmasepoetra, Pr.). Be Magis! Ad Maiorem Deo Gloriam!
.pulungsj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H