negara ini negara tanpa pemerintahan,
atau pemerintahan nya tak bekerja,
atau bahkan tak perlu pemerintah
ada institusi kepolisian,
tapi kita masih recruit hansip, satpam, dan bodyguard
ada dinas kebersihan,
tapi kita tetap bayar iuran untuk recruit dan bayar tenaga kebersihan,
di rumah maupun tempat kerja
ada dinas pekerjaan umum,
tapi atas nama “peran serta masyarakat”,
kita patungan perbaiki lubang-lubang jalan,
bikin tanggul untuk cegah banjir,
juga bikin jembatan penghubung dua tepian
ada perusahaan listrik negara,
tapi kita swadaya siapkan generator,
kita siapkan juga lampu emergency
ada polisi lalu lintas,
tapi kita siapkan recehan
untuk hargai jasa mereka yang bantu urai kemacetan
atau beri kita akses melintasi persimpangan
kita bayar biaya penerangan jalan 3% dari tagihan listrik,
tapi kita siapkan dan pasang lampu-lampu penerang jalan sekitar pemukiman kita
ada kementerian pendidikan nasional,
dan jargon “mencerdaskan kehidupan bangsa”
tapi kita bayar mahal, sangat mahal malah
untuk pendidikan anak-anak kita,
kita bayar harga mahal itu tak hanya ke lembaga partikelir,
bahkan juga ke institusi negara
ada menteri koordinasi bidang kesejahteraan rakyat,
ada kementerian sosial
dan jargon “kafir miskin dan anak terlantar dipelihara negara”
tapi tak ada program jaminan sosial,
dan kita khawatir hari tua pensiun tanpa penghasilan,
maka kita bekali diri dengan program asuransi hari tua
kita dirikan berbagai lembaga swadaya swadana
mengelola amal mengelola niat
memelihara anak yatim kaum dhuafa dan para janda
ada kementerian pertanian, perikanan, perkebunan, kelautan
dan jargon “negara agraria-maritim besar”
namun bahkan untuk swasembada beras pun belum lagi mampu
bahkan garam pun diimpor
ada kementerian perindustrian,
ada kementerian tenaga kerja,
ada badan koordinasi penanaman modal,
namun pengangguran sangat banyak,
bahkan dengan bangga mengirimkan unskilled labour
ke manca negara,
menyematkan gelar kosong “pahlawan devisa” kepada mereka
saat kembali pasca kontrak kerja
diperas habis di bandara terminal tiga
ada kementerian olahraga,
dipimpin orang yang entah apakah pernah berolahraga,
gelanggang kumuh kotor dan bau
tak ada gelar juara tak ada prestasi
ingin yang mudah instant dan praktis
di-impor-lah atlet naturalisasi
negara ini negara tanpa pemerintahan,
atau pemerintahan nya tak bekerja,
atau bahkan tak perlu pemerintah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H