Pandemi COVID-19 yang terus berlangsung membuat banyak bisnis gulung tikar, terutama mereka yang terjun di bidang usaha pariwisata dan kuliner. Pandemi tidak pandang bulu dalam menghantam sebuah usaha, mulai dari bisnis keluarga sampai yang bernilai miliaran. Perusahaan startup seperti Airy pun terkena dampaknya. Lalu, bagaimana dengan bisnis lain, dalam hal ini, karena kami fokus di dunia kreatif, dunia penerbitan?
Melalui podcast buku Podcast Main Mata, host Patricia Wulandari membahas soal perjuangan bisnis penerbitan di tengah pandemi COVID-19 bersama Ratih Fernandez, Chief Editor Buku Mojok, sebuah penerbit independen yang berlokasi di Yogyakarta.Â
Perbincangan di media sosial Twitter menyebutkan bahwa banyak penerbit sedang berjuang keras untuk meningkatkan penjualan secara online akibat toko fisik yang terpaksa tutup demi keselamatan dan keamanan, sehingga penjualan buku berkurang drastis, ditambah dengan banyaknya pasokan buku bajakan dalam bentuk PDF.Â
Akibatnya, banyak tanggal peluncuran buku yang ditunda dan penerbit mayor memprioritaskan untuk menerbitkan buku digital terlebih dahulu.
Bagaimana dengan Buku Mojok sendiri? Bagaimana caranya mempertahankan bisnis di tengah situasi sulit seperti sekarang ini? Apakah ada perbedaan penjualan genre buku dari sebelum dan saat pandemi? Seperti apa cara mereka mempromosikan sebuah produk, dalam hal ini, buku, agar tetap relevan?
Dengarkan obrolan bersama Ratih Fernandez di podcast buku Podcast Main Mata berikut ini. Kamu juga bisa mendengarkan bab ini melalui Spotify Podcast Main Mata.