Mohon tunggu...
Muhammad Arkandiptyo
Muhammad Arkandiptyo Mohon Tunggu... -

Hanya seseorang di pojok kota Jakarta yang selalu apa adanya. Penggemar berat masakan tradisional Jawa & Peranakan, musik Light Jazz dan pecinta sejati seseorang kalau sudah sekali cinta.\r\nPS Untuk semua Ingatlah Selalu: Ing Madya Mangun Kersa & Bhinneka Tunggal Ika!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Crashpack to Bumi Ngapak (Prologue)

5 Mei 2011   14:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari itu adalah satu hari Sabtu, kami (aku dan mas) sedang turun ke lapangan, inspeksi bisnis kos2an kami di Manggarai....dan di hari Sabtu kami jalan PP (sePUANAS PANGGANGAN) itu lah, tercetus satu ide 'mulia'... Ini percakapan kami sepanjang jalan.

*Maaf, tapi ini pembicaraannya gado-gado TRILINGUAL *Indonesia-Inggris-Jowo*, maklumi, jenenge bae keluarga kami.*

Mas: "Aku punya plan sih...mending itu Vaio dikasih mbak Iis saja...mbantu dia skripsi.kamu sekalian jalan-jalan sana gih. Daripada ra ono kerjaan nangkring di depan komputer seharian."
Aku: "On what consideration ko tiba-tiba Vaio mau dikasih?"
M: "Mau beli yang baru."
A: "Yang baru apa, Mas?"
M: "Aku sih tertarik iPad....aku mau beliin buat aku, tapi at the end, podho wae, kamu juga make tha"
A: "Wah....ogah, mending buat upgrade full komputer di rumah tuh duitnya."
M: "Serius? iPad iki."
A: "No....aku wis nyoba dari koncoku, dan, somehow, iPad gak berhasil impress my heart."
M: "Hmmm....Ya sudah"

Ya, dari percakapan waktu itu, si Mas berniat untuk memberikan Laptop Vaio mini kami ke mbak Iis di kampung yang sedang skripsi. Ya, itu memang niat mulia. Lagipula dia juga ingin beli suatu mobile gadget yang baru, dia ingin iPad, tapi aku kurang terkesan....

Masalah dengan rencana itu sederhana, mbak Iis di Jawa, tepatnya di Kutoarjo (Dimanakah itu?? *JengJeng* Cari dhewe nang om GoogleMap). Dan mahal untuk biaya mengantar satu pak laptop + tas laptop + chargernya. Paket sekecil itu? WALAH, Larang men. Nilai Cost for Value nya tidak berbanding kalo kata Akuntan keluarga (aka Ibu).

Dan....tercetuslah rencana agar aku pergi sekalian nganter laptop sekalian jalan-jalan sendiri untuk pertama kali. Sayangnya, mau kapan? Minggu depan Ibu yang lagi kuliah pasca-sarjana di Filipina akan kembali ke Jakarta, rare occasion, saatnya melepas rindu, tapi kalau sekarang cukup mepet dan belum ada perencanaan...2 minggu dari waktu itu? TELAT, lu kira dosen nunggu skripsi lama apa? Ya nggak, Laptop Vaio itu harus ada di tangan mbak Iis ASAP.

Akhirnya aku putuskan berangkat secepatnya saja, aku tidak punya waktu untuk merencanakan, hanya sekilas ingat foto-foto dan tulisan-tulisan tentang tempat favorit di kampung kami (Kebumen dskt.), aku putuskan kalau ingin mencari tempat tambahan ya sudah, seperti kata Perkumpulan Guru Geo Senegara (National Geographic), Let's Get Lost!

Walhasil terjadilah, dari hari Rabu kami tetapkan hari Kamis aku berangkat sendiri. Agak hectic memang malamnya, tapi that's it bro. Itu yang aku kira harus disebut Crashpack, alias crash-backpacking. Backpacking dengan rencana minim seminim-minimnya, pokoknya mengandalkan insting, pengalaman, dan spirit avonturir tinggi. Sesederhana itu.

So with it, began my Crashpack to Bumi Ngapak (Kebumen, Purwokerto dskt)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun