Tanaman pertanian sering dirusak oleh organisme penganggu yang secara ekonomis sangat menganggu dan merugikan petani. Organisme penganggu tanaman (OPT) adalah hama. Serangan hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas dan mutu tanaman. Salah satu hama yang sering dijumpai menyerang tanaman adalah ulat grayak.Â
Ulat grayak ( Spodoptera litura F.) merupakan hama yang dapat penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan berlubang bahkan puso. Hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) dikenal juga sebagai ulat tentara, hal ini dikarenakan ulat grayak menyerang tanaman secara bergerombol sehingga daun tanaman yang diserang cepat habis dan meranggas. Tingkat serangangan yang diakibatkan oleh ulat grayak sangat tinggi. Hama ini mampu menghabiskan tanaman dalam satu malam saja.Â
Banyaknya permasalahan serta dampak negatif yang ditimbulkan terhadap penggunaan insektisida kimia, kiranya upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yang melibatkan pengendalian serangga pengganggu secara kimiawi, biologis kultur teknis dan penggunaan varietas resisten terhadap hama tertentu.Â
Penggunaan bioinsektisida dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menanggulangi organisme pengganggu tanaman. Untuk menunjang konsep PHT dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain penggunaan bahan bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repellen), musuh alami (parasitoid dan predator serta patogen), serta penggunaan perangkap berperekat.Â
Penggunaan pestisida nabati sangat diharapkan sebagai salah satu insektisida alternatif yang dapat digunakanuntuk menghindarkan terjadinya resistensi dan resurgensi terhadap serangga S. litura. Tanaman mahoni sejak dulu sudah dikenal oleh nenek moyang mempunyai sejuta manfaat, baik untuk kesehatan maupun untuk digunakan sebagai pestisida nabati.Â
Bagian tanaman yang digunakan untuk pestisida nabati adalah bagian daun ,biji dan kulit batang mahoni. Pestisida dari tanaman mahoni umumnya bersifat racun yang bekerja lambat serta memiliki efek penghambat makan dan menghambat perkembangan. Zat yang terkandung dalam daun mahoni yaitu saponin dan flavonoid berperan sebagai repellence dan racun bagi serangga.Â
Tepung daun mahoni dengan konsentrasi 8% dapat menurunkan jumlah populasi (Sitophilus zeamais). Kulit kayu mahoni mengandung senyawa triterpenoid, limoid, flavonoid, saponin, dan terpenoid serta alkaloid dan tanin. Kulit mahoni juga terbukti mengandung katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin. Salah satu contoh senyawa flavonoid yang berperan sebagai insektisida adalah senyawa rotenoid yang merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang bekerja perlahan.Â
Serangga yang mati diakibatkan karena kelaparan akibat kelumpuhan pada alat mulutnya. Saponin diketahui mempunyai efek sebagai antimikroba menghambat jamur, dan melindungi tanaman dari serangan serangga. Flavonoid disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba. Hal ini menyebabkan flavonoid efektif secara in vitro terhadap sejumlah mikroorganisme. Aktivitasnya kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan dengan dinding sel.Â
Flavonoid yang bersifat lipofilik mungkin juga akan merusak membran mikroba. Senyawa flavonoid memperlihatkan efek inhibitori terhadap berbagai virus. Tannin ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman, yaitu pada bagian kulit kayu, daun, buah, dan akar. Cara kerja aksi antimikrobial tannin mungkin berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi adhesin mikroba, enzim dan protein transport cell envelope. Tannin juga membentuk kompleks dengan polisakarida.