Lek Wi, selamat ya sudah di dapuk menjadi presiden Republik Indonesia. Walaupun Njenengan tidak tahu siapa aku tapi boleh dong Lek aku mencoba mengakrabkan diri, sok kenal gitu lho ceritanya. Maklum Lek, kalau mau sok akrab sama pejabat lainnya aku terus terang ndak berani, takut kualat, kawula cilik kok berani-beraninya sok akrab sama petinggi, di kepret langsung amblas nanti. Tapi kalau sama Lek Wi kok rasanya gimana gitu, rasa yang seperti kenal dari dulu walaupun belum pernah sekali pun bertemu.
Oya, perkenalkan dulu Lek, memang aku bukan siapa-siapanya Njenengan. Aku hanya satu dari sekian juta pendukung yang mencoba untuk menjadi relawan. Aku bukan penyumbang dana kampanye Njenengan tapi aku dengan rela menjadi ‘jurkam’ di lingkunganku, ya jurkam kecil-kecilan ceritanya. Aku lahir di desa dimana sudah terbiasa memanggil dengan sebutan Lek atau De kepada orang yang seusia Panjenengan. Sepurane Lek, jangan marah ya aku panggil demikian.
Lek Wi, maksud dan tujuanku nulis surat ini sebenarnya adalah mau mengingatkan Njenengan, tidak ada maksud lain apalagi meminta jabatan.
Pada saat sebelum pemilihan presiden sampai setelahnya, Lek Wi sering dipojokkan, di beritakan miring sampai doyong gak karuan. Nah setelah Njenengan resmi terpilih menjadi presiden, langsung putaran anginnya berubah drastis. Yang dulu mencaci maki Lek Wi, sekarang berbalik menunjukkan kedekatan dengan Njenengan. Lha iki piye tho….
Memang sih, semua tergantung dari Lek Wi bagaimana menanggapinya. Mosok Lek, dulu bilangnya sinting eh… sekarang temannya bilang “aku dari dulu sudah dekat lho sama Jokowi”. Lha mbok ya-o ngomong begitu tuh dari dulu. Jadi Njenengan paham tho Lek siapa itu?
Lek Wi, kalau partai lain mau gabung, please.. please… please… di lihat dulu Lek, beneran Lek, jangan sampai keblondhrok nantinya. Maksud Njenengan baik, tapi hati – hati Lek, bisa bikin pusing nantinya. Dulu saja njelek-njelekin Njenengan, kok sekarang jilat ludahnya sendiri. Memang sih yang mendekat ke Njenengan bukan yang dulu dengan semangat membara menjelekkan Njenengan sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar (sin****). Pokoknya Lek, kalau Njenengan berkoalisi dengan partai ini, aku mendoakan semoga Lek Wi udunen alias bintitan alias bisulan di pantat.
Beneran Lek, ini bukan ancaman lho tapi sekedar pengingat. Jadi Lek, ingat ya, kalau partai ini mau bergabung, bayangkan saja ada bisul di pantatnya Lek Wi. Kan gak lucu ya Lek, kalau nanti ketemu sama Presiden Obama trus duduknya ‘nggawil’ gitu, makanya di ingat – ingat Lek, bisulan.
Lek Wi, Njenengan itu mampu menggugah rasa nasionalisme banyak orang termasuk aku. Selama hidup, baru sekali ini aku riang gembira melihat mukanya Pak RT yang datang mengantarkan surat undangan untuk pencoblosan pilpres. Bukan tanpa sebab aku begitu, pasalnya aku mau menyumbangkan satu suara buat Lek Wi. Tentunya aku milih Lek Wi karena percaya Njenengan bisa menjadikan Indonesia ‘Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo’. Untuk mewujudkan itu mohon Lek Wi kudu benar-benar benar dalam pemilihan menteri.
Sepurane sing gede lho Lek, bukannya aku mau mencampuri atau menggurui Njenengan, tapi aku mau mengingatkan bahwa lelang jabatan yang Lek Wi terapkan di DKI bagus juga untuk dilakukan pada sekleksi menteri nanti. Dulu Lek Wi pernah berkata, kuncinya menjadi pemimpin adalah bebas kepentingan. Kalau Menteri pada kabinetnya Njenengan nanti ‘bebas kepentingan,’ seperti yang Lek Wi katakan di acaranya Jeng Najwa dulu, wah…. jaminan Lek, Indonesia Raya bakal terwujud segera. Ingat ya Lek : bebas kepentingan kata kuncinya.
Lek Wi, semoga Lek Wi tetap menjadi Jokowi yang dulu, Jokowi yang bekerja untuk masyarakat, Jokowi yang mau mendengarkan kisah – kisah pilu rakyatnya. Masih terbayang dengan jelas di pelupuk mata, Lek Wi cancut tali wondo, turun langsung melihat gorong – gorong. Masih ingat dengan jelas juga bagaimana Lek Wi memperjuangkan lurah Susan. Masih terngiang-ngiang di telinga kata-kata Lek Wi yang menyejukkan warganya. Masih dan masih banyak lagi hal positif lainnya dari Njenengan yang tak akan habis untuk di tulis disini. Satu hal yang pasti diinginkan oleh kita semua rakyat Indonesia, Lek Wi tetaplah menjadi sosok yang mengayomi. Dan aku percaya bahwa Lek Wi mampu dan bisa.
Lek, sekali lagi mohon maaf jika aku kurang ajar dengan memanggil Njenengan dengan sebutan Lek Wi, itu semata-mata karena aku merasa lama hidup di desa yang mana terbiasa dengan panggilan tersebut, sekali lagi sepurane ya Lek. Nanti kalau sudah di lantik ya pastinya sudah berubah menjadi Lek Presiden.
Matur nuwun Lek, kita buktikan bahwa kita mampu menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bermartabat. Marilah kita mulai babak baru dengan bersama – sama membangun ibu pertiwi. Untuk berpartisipasi tidak harus menjadi pejabat atau menteri, tetapi tanamkan dalam sanubari : Aku percaya Jokowi.
Ya, dengan pikiran positif yang tertanam di benak semua insan di negeri ini, aku yakin ini akan memudahkan jalannya Lek Wi menjadikan Indonesia di segani.
Sekian Lek, semoga suratku ini tidak mengganggu aktivitas Lek Wi.
Salam,
Plux
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H