Mohon tunggu...
Nita Harani (Syamsa Din)
Nita Harani (Syamsa Din) Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Ibtidaiyah

I'm Nothing Without Allah SWT. Guru Madrasah Ibtidaiyah. pengagum senja, penyuka sastra. Love to read, try to write, keep hamasah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Terakhir?

14 Juni 2017   11:52 Diperbarui: 13 Agustus 2017   12:12 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Rhyan Plankton

"Boi, lebaran mudik nggak?" Zurai, perempuan asal Kelumbi Bangka Belitung itu menepuk bahuku. Kutenggak segelas sirup warna hijau saat terdengar adzan Maghrib. Dulu, pertama mengenal Zurai, aku sengit dipanggil "Boi" jelas -- jelas aku perempuan, rupanya "Boi" adalah sapaan akrab di daerahnya. "Tentu, mungkin mudik terakhir" jawabku sambil mencomot kurma dua sekaligus. "Mudik terakhir?" Zurai menganga dengan mata membulat, persis macam orang kena tenung.

Mudik? Hmm..membayangkannya saja aku tersenyum. Mudik selalu menjadi moment yang dinanti, terlebih bagi perempuan perantau sepertiku. Meski perantauanku masih di tanah Sumatera. Tahun lalu, aku terpaksa melewati lebaran di tanah rantau, lantaran skripsi dan kerja paruh waktuku. Usai melewati proses yang tidak mudah, di awal Januari 2017 aku sidang skripsi. Alhamdulillah.

Tanah Sriwijaya, tempatku merantau lima tahun terakhir ini, terus menggeliat mempercantik diri, menjadi kota Metropolitan dan menuju kota Internasional. Tapi, semua itu membuatku ingin segera kembali ke tanah kelahiranku, kota Bengkulu. Kupikir, ini Ramadhan terakhirku di kota yang terkenal dengan Pempek ini. Berkas kelulusan sudah kulengkapi dan proses cetak skripsi akan segera selesai, setelah itu, aku ingin segera mengakhiri masa perantauanku yang kumulai selepas SMP.

Makan malam selepas sholat maghrib malam ini, terdengar  riuh dengan celotehan kami, penghuni kost putri. Berat juga harus berpisah dengan teman -- teman yang berasal dari berbagai daerah. Celotehan kami seputar mudik menjelang lebaran nanti. Zurai mudik ke Bangka naik Jet Boil, Ayun naik Travel, Dina naik Kereta dan aku naik Bis.

Jarak Palembang -- Bengkulu memakan waktu sekitar 14 jam. Bis Sriwijaya jurusan Palembang -- Bengkulu menjadi pilihanku. Menempuh  jalan lintas tengah Sumatera yang melewati beberapa Kota dan Kabupaten yaitu : Kabupaten Ogan Ilir, Kota Prabumulih, Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam, Kabupaten Empat Lawang dan terakhir Kabupaten Kepahiang.

Waktu 14 jam tersebut adalah waktu tercepat. Pukul tiga sore Bis bertolak dari loket Palembang dan tiba di kota Bengkulu pukul lima dini hari, itu jika jalanan lancar. Karena, di daerah Prabumulih dan Muaraenim  kerap terjadi macet. Di daerah tersebut, banyak rel kereta api yang membelah jalan raya. Jadi, jika kereta api tengah melintas, pengguna jalan raya harus sabar menunggu. Tidak hanya kereta api yang mengangkut penumpang, kereta api yang mengangkut Batu Bara lebih sering melintas, belum lagi mobil truck dan tangki Pertamina yang keluar masuk area, menambah macet jalanan. Bahkan, pernah bis yang kutumpangi nyaris tak bergerak hampir satu jam. Jika sudah begitu, perjalanan bisa memakan waktu 16 hingga 17 jam. Penat? Jangan kau tanya lagi, tapi..semua penat  itu terbayar lunas kala tiba di rumah.

Lebaran kian merapat, bagi para pemudik, beberapa hal harus dipersiapkan. Pertama, moda  transportasi. meskipun kerap macet aku tak kunjung kapok naik bis Sriwijaya tiap kali mudik, Karena aman dan nyaman, Alasan mendasarnya adalah karena ongkosnya terbilang murah, he..he..maklum, kantong mahasiswa. Ongkos Palembang -- Bengkulu Rp.130.000,- dan jika menjelang lebaran tarif itu menjadi Rp.150.000,- tarif yang bersahabat bukan?

Jika naik Travel, ongkos bisa mencapai Rp. 250.000,-. Memang, naik Travel mengurangi lelah di perjalanan,. Tapi, bagiku naik bis lebih seru, terasa benar sensasi mudik dan kebersamaannya. Jalan yang ditempuh jika naik bis pun lebih menantang, karena melewati daerah pegunungan dengan jalan sempit, yaitu di kota Pagar Alam dan perbatasan antara Kepahiang -- Bengkulu. Sementara jika naik Travel, rute yang ditempuh adalah jalan lintas Timur Sumatera yang melewati kabupaten Musi Banyuasin, Kota Sekayu, Musi Rawas, Lubuk Linggau, Curup dan Kepahiang, jalanan datar yang berlubang..tentu tidak menantang. "Jika jalana datar dan lancar, tidak ada kesibukan, malah bisa menimbulkan kantuk" begitu jawab pak supir bis Sriwijaya saat kutanya kenapa memilih rute lintas tengah.

Jadi, hal pertama yang aku persiapkan menjelang mudik adalah menentukan moda transportasi yang aman dan tentunya sesuai budget. Berikutnya, adalah persiapkan barang -- barang yang diperlukan selama perjalanan, seperti : minyak angin dan semacamnya, tisu, handuk kecil dan mukena. Untuk perempuan, jangan lupa bawa pembalut juga, antisipasi ya. 

Makanan dan minuman? Tenang..untuk urusan ini, aku terbiasa selalu membawa bekal dari rumah. Kotak nasiku selalu setia menemani perjalananku dan sebotol air mineral tentunya. Dengan begitu, saat tiba waktu berbuka, sementara bis belum sampai di rumah makan peristirahatan, aku bisa langsung berbuka dan makan nasi. Aku  menghindari memesan makana di rumah makan, paling aku membeli makana ringan dan air mineral, bukan apa..jika diukur dari kantungku, harganya mahal, he..

Persiapan berikutnya, sebelum berangkat aku tak lupa menghitung biaya perjalanan yang harus dikeluarkan hingga tiba di rumah. jangan sampai, di tengah perjalanan baru sadar uang nggak cukup, hmm..horor  kan? Berikutnya, jaga penampilan. Lho..memangnya mau tampil di mana? Maksudnya, upayakan penampilan kita tidak mencolok dan tidak menarik perhatian. Sederhana saja. Tujuannya adalah untuk menghindari kejahatan di perjalanan. Jamak diketahui, tingkat kejahatan meningkat menjelang lebaran. Selalu waspada denga kondisi sekitar, bukan su'udzon lho..tapi, mawas diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun