Mohon tunggu...
Playboy Bintang
Playboy Bintang Mohon Tunggu... Guru - Pak Guru

Meng Kritisi Hal Yang Penting dan Tak Penting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keajaiban! Masuk PTN Gratis

6 Mei 2014   21:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebenarnya, aku tak begitu percaya dengan adanya keajaiban, yang pasti keajaiban itu memang benar benar ada, tetapi keajaiban tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan diri kita lah yang akan menciptakan keajaiban itu sendiri.

Seperti halnya dengan kisah hidupku, aku sering merasakan keajaiban itu, dan aku benar benar merasakan keajaiban itu memang nyata, dan benar apa adanya, entah itu keajaiban kecil, atau keajaiban yang besar.

Tapi aku hanya akan bercerita tentang sedikit keajaiban yang aku alami akhir akhir ini, lebih tepatnya keajaiban pada saat aku mulai menginjak di jenjang perguruan tinggi,

Sebelum ceritanya dimulai, ijinkan aku memperkenalkan diriku, namaku Zacky, berasal dari keluarga menengah kebawah, dalam hal finansial,jadi jika di fikir secara logika, hampir sangat mustahil untuk bisa melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi pasca lulus SMA, penghasilan orang tua juga sangat minim, itu pun hanya cukup buat makan keluarga sehari hari saja, dan sedikit untuk menabung, karena untuk berjaga jaga jika ada keperluan mendadak. Karena ayahku hanya seorang pekerja kasar, dan ibuku hanya orang rumahan yang mengurusku, dan kedua adik adikku.

Meskipun keadan keluargaku seperti itu, difikiran ku hanya ada impian kuliah, diamanapun itu, aku tidak begitu peduli, yang penting aku bisas kuliah, meskipun kedua orang tuaku, akhirnya aku diam diam berniat untuk mendaftar di perguruan tinggi tanpa sepengetahuan kedua orang tua ku,

Saat masih kelas 3SMA, saat aku mengetahui bahwa pendaftaran SNMPTN sudah di buka (aku tahu infonya dari guruku di SMA) aku senangnya bukan main, dan aku semakin semangat untuk bisa nglanjutin ke jenjang pendidikann yang lebih tinggi.

Akhirnya aku memilih Universitas Brawijaya dan Universitas Diponegoro, dan kira kira sekitar seminggu berikutnya, guruku ngasih sebuah formulir tentang pendaftaran bidikmisi, namun aku waktu itu belum terlalu mengerti soal bidikmisi, jadi aku abaikan saja.

Beberapa waktu berlalu, dan ujian oun sudah selesai aku laksain bersama teman teman yang lain tentunya, dan otomatis anak anak kelas tiga sudah banyakyang tidak masuk sekolah, karena sudah tidak ada urusan lagi hingga status kelulusan dan ijazah keluar, dan suatu ketika, aku tidak sengaja datang kesekolah dengan temanku, lebih tepatnya sahabat terbaikku, hanya sekedar main main saja, tetapi tanpa di duga ada seorang guru yang mendatangiku dan bilang kepadaku,

“gimana Zack? Kamu minat gak?”

“minat apa mas? (guru TU, karena masih muda, jadi panggilanya Mas)”

“kamu gak buka Grup FB tha?”

“aku jarang facebookan mas”

“Nanti liat aja di grup FB”

“iya mas,”

Setelah itu aku pergi dengan temanku, saat aku sampai dirumah temanku, aku minjem HP nya hanya untuk sekedar buka Gup FB, yang katanya ada info, karena HP ku waktu itu tidak ada layanan internetnya (Hpku: Nokia 1208), dan saat ku buka, ternyata isinya adalah pendaftaran BPUN, yang sebelumnya biasa dikenal dengan nama SANLAT, sebenarnya aku tak begitu tahu tentang apa itu SANLAT, yang ku tahu nahwa SANLAT itu mengfasilitasi siswa untuk melanjutkan kejejnhajn pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya, seminggu kemudian aku berniat untuk daftar, jadi aku menghubungi masnya yang ngabari aku sebelumnya, tetapi ternyata katanya formulir pwndaftaran sudah dikumpulkan sehari sebelum aku mendatanginya, sebelumnya aku sangat kecewa, karena aku mungkin tidak bisa daftar, tetapi takdir berkata lain, bahwa aku bisa daftar sebelum tes dimualai (tesnya jam 8, dan aku daftar jam 7.30).

Saat tes berlangsung, aku agak bingung dengan soalnya karena intinya kebanyakan menyangkut soal logika, dan aku bingung jawabnya, dan katanya waktu itu, kalau jawabnya salah, skor akan dikurangi, tetapi aku tidak berfikir panjang, aku tetap ngerjain semua soalnya, tak peduli salah atau benar, yang penting aku kerjain semua, siapa tahu ada yang nyangkut dan jawanya benar.

Setelah usai tes masuk SANLAT berlangsung, aku pulang ke kota JEPARA (sekolahku berada di kota REmbang), karena aku sudah tidak ada kerjaan di kota rembang, jadi ku putusin pulang kerumah, disamping itu aku juga rindu pada ibuku,dan seminggu kemudian aku dapat SMS, bahwa kau dinyatakan lolos seleksi masuk SANLAT, aku senangnya bukan main, dan aku bercerita pada ayah dan ibuku,meskipun mereka tidak tahu menahu tantang apa itu SANLAT, adan akhirnya aku bercerita bahwa SANLAT itu adalah semuah jembatan untuk menuju ke universitas,

Pagi harinya, jam 6 pagi aku dan ayahku berangkat ke Rembang, karena acaranya jam 8 pagi, dan harus bersama orang tua, karena sebagai persetujuan bahwa aku akan tinggal di asrama selama sebulan, orang tuaku mengijinkan bukan karena kau bisa kuliah, melainkan karena aku akan belajar agama lebih mendalam karena orangtua ku mengira bahwa SANLAT (Pesantren Kilat) seperti pesantren lainya.

Kehidupanku waktu disanlat akan aku ceritakan pada postingan sebelumnya, ini hanya kisah tentang perjuangan kuliahku saja, saat sudah di SANLAT setengah bulan, ternyata pengumuman SNMPTN telah di umumkan, aku sebenarnya ragu untuk diterima, karena hamper semua teman teman SANLAT ku banyak yang tidak lolos seleksi, aku jadi berniat tidak mengeceknya, tetapi temanku membujukku agar aku melihat pengumuman itu, tapi aku sudah tidak yakin, jadi aku meminta teman ku untuk melihat info tentang diriku. Dengan member data pribadiku, dan tanpa di sangka sangka aku lolos seleksi dan masuk di Universitas Brawijaya, aku senangnya bukan main, aku langsung menemui panitia SANLAT untuk bertanya lebih jelas, mereka menjelaskan aku kuliah masih bayar normal, karena aku tidak daftar bidikmisi, dan salah satu dari panitia SANLAT (panitia ada dua) menyuruhku untuk mengundurkan diri, karena menurut rumor bahwa Universitas Brawijaya sangat Mahal, jadi sangat berat jika kuliah tanpa beasiswa, namun panitia yang lain menyuruhku maju, karena beliau bilang akan membantuku untuk mencari beasiswa, dan akhirnya keputusan berada di tanganku, tetapi aku tetap bingung, dan akhirnya aku menghubungi orang tuaku, mereka menanggapi dengan senang dan sedih, karena merasa senag disebabkan anaknya bisa lolos seleksi Universitas Negeri, dan sedih karena tidak ada biaya untuk melanjutkanya, akhirnya mereka melarangku untuk maju, mereka hanya menyuruhku kuliah jika mendapat beasiswa, tidak membayar secara normal, karena kondisi ekonomi keluarga dalam keadaan tidak baik.

Dan akhirnya aku berencana untuk mengikuti SBMPTN dengan mendaftar bidikmisi terlebih dahulu, karena aku tidak ingin membebankan biaya kepada orang tuaku, dan saat ujian SBMPTN hampirtiba, ada salah satu alumni SANLAT tahun sebelumku, yang berada di kampus Universitas Brawijaya, mereka memberiku semangat, kalau aku harus maju, dan mereka juga akan ikut mencarikan beasiswa bagaimana pun caranya.

Tiga hari sebelum tes SBMPTN dilaksanakan, akhirnya aku di setujui orang tua, karena waktu itu keluargaku sedang mendapat berkah yang lebih, namun dengan syarat aku harus bisa dapat beasiswa,

Akhirnya aku berangkat ke Malang, tidak jadi berangkat ke semarang, untuk Tes SBMPTN, karena aku sudah yakin dan sudah di restui oleh kedua orang tuaku, sesampainya di malang aku menginap di kontrakanya orang yang baru aku kenal, di sana aku belajar banyak hal, dari bekal kuliah saat menghadapi ospek sampai berbagi ilmu tentang kerasnya mencari beasiswa.

Singkat cerita, saat aku selesai regristrasi, aku kembali lagi ke tempat kelahiranku, dan kira kira dua minggu kemudian pengumuman penetapan UKT di tentukan, aku waktu itu sangat berdebar debar, karena kata orang tuaku, jika biayanya lebih dari 1juta, aku harus mundur, jika kurang dari itu aku akan di biayai kuliahnya, dan saat aku cek,, ternyata akumendapat golongan pertama, yaitu 500rb/smster , jadi jika setahun hanya 1jta, dengan informasi itu, aku mengabari kedua ortuku, akhirnya merekka menyetujuiku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Setelah beberapa waktu berlalu, aku berangkat ke Malang, aku di antar ayahku sampai terminal, karena tidak bisa mengantarku sampai Malang, di sebabkan ayahku harus bekerja, saat perpisahan dengan ayaku di terminal, aku tidak kuat menahan tangis, hatiku merintih karena aku tidak ayahku melihat aku berserdih, dansaat itu pula aku menyadari ayahku sangat menyayangiku, karena di depan umum, ayahu memelukku dan menciumku, serta akuy melihat mata ayahku berkaca-kaca, ayahku sperti juga menahan tangis.

Dan saat sudah berada di malang, orang tuaku sering menghubungiku, hanya untuk sekedar menanyakan kabar, dan sisa uang yang ku miliki, karena ayahku hanya memberiku uang yang tidak begitu banyak, jadi aku harus bisa berhemat, aku mengurangi jatah makanku yangbiasanya waktu dirumah 3x, kini hanya 2x, aku pun jarang jajan, bahkan tidak pernah, aku pun juga tidak pernah membeli buku referensi kuliah (padahal sangat butuh, temenku banyak yang memilikinya), aku hanya bisa meminjam milik temanku, karena salah seorang guru yang paling ku kagumiu pernah bilang kepadaku, “Mahasiswa akan terlihat bodoh, jika tidak mau meminjam buku”. jadi sampai saat ini pun hingga semester dua, aku masih tidak pernah membeli buku.

Dan ajaibnya, ayahku selalu mendapat rejeki lebih, saat uangku habis, jadi aku belum pernah kekurangan uang, dan akhirnya aku mendaftar beasiwa bidikmisi ke rektorat, dengan berbagai persyratan aku penuhi, aku sehabis sholat aku tidak pernah absent untuk berdoa agar aku bisa lolos seleksi bidikmisi, dan alhasil aku bisa lolos seleksi bidikmisi, meskipun pencairanya agar telat sebulan dari yang lainya, karena aku penerima bidikmisi susulan, suatu ketika uangku kehabisan, dan orang tuaku tidak bisa mengirim, jadi waktu itu aku sangat menghemat, yang biasanya makan dua kali, kini hanya sekali, dan ajaibnya lagi uang bidikmisi cair saat aku membutuhkanya.

Aku sangat bersyukur pada Allah SWT, karena selalu menjawab dan mengabulkan permintaanku, dan hingga saat ini, semester dua, aku masih mendapat beasiswa bidikmisi, aku sangat bersyukur dengan memilih maju masuk Universitas Brawijaya, yang sbelumnya ragu, untuk mundur.

Karena seandainya aku tidak maju, dan memilih ikut SBMPTN, belum tentu aku bisa diterima, yang pasti kita harus terus maju, dan jangan pernah menyerah serta harus menerima apa yang telah di berikan.

Dan keajaiban keajaiban yang ku alami, tidak hanya berhenti sampai disitu saja,saat aku mengejar beasiswa, kemarin, baru dua minggu yang lalu, katanya aku lolos verivikasi beasiswa yang dulu pernah ku ajukan, bukan bidikmisi, padahal nyatanya aku tidak pernah ngajuin beasiswa apapun selain bidikmisi, jadi aku menganggap bahwa ini keajaiban sedang memihakku, tetapi saat aku datang ke rektorat, saat di data, aku di batalkan dengan beasiswa tersebut, karena aku sudah mendapat bidikmisi sebelumnya.

Dari kisah yang telah ku alami, pembaca dapat menyimpulkan sendiri, dimana letak keajaibanya itu sendiri, yang pasti jika kita percaya adanya keajaiban, maka ke ajaibna itu akan menghampiri kita, dan sebaliknya jika kita tidak mempercayai keajaiban, kita tidak akan pernah tahu tentang apa itu ke ajaiban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun