PART 1: Bagaimana Negara mengopresi Individu
Apakah itu Negara ? menurut seorang pemikir perancis Jean Jacques Rousseau negara merupakan sbeuah bentuk dari kontrak sosial antara masyarakat, sedangkan Marx mengatakan bahwa Negara adalah suatu sistem perbedaan kelas yang mengopresi kaum proletar. Negara telah menjadi bagian hidup manusia selama ribuan tahun dari zaman dimana kerajaan kerajaan dibangun dan raja raja diangkat disitulah negara pertama kali berkembang, namun jika kita telusuri lebih jauh kita bisa melihat bahwa negara (state) merupakan sistem yang rumit dan kompleks dengan segala birokrasinya yang kafkaesque dan mengopresi individu menjuju konformitas, tetapi kita tidak berbicara mengenai bagaimana negara mengopresi individu saja melainkan kita akan berbicara bagaimana negara dan agama mengopresi kemajuan individu untuk mencapai suatu fase rasionalitas dan non konformitas. Perlu diingat bahwa tulisan ini bukan lah sebuah tulisan ateistik ataupun bertujuan untuk mengkritisi tuhan tetapi tulisan ini untuk melihat sejauh mana institusi negara dan agama—agama sebagai institusi duniawi—merupakan sebuah sistem yang didesain oleh kaum borjuis dan penguasa sebagai sebuah alat kontrol pemikiran individu.
Dalam bukunya Marx pernah mengatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat disini saya setuju dengan pernyataan marx tersebut karena seperti candu agama membuat sebuah kebutaan terhadap kenyataan duniawi dengan iming iming surgawi. Agama sebagai institusi duniawi berperan sangat besar terhadap opresi individu karena dogma dogma agama yang tidak mengijinkan seseorang untuk mempertanyakannya dogma dogma ini terkadang bersifat absurd dan berbahaya dan agama pula yang membuat kelas sosial yang bersifat kasta dan quasi-fasistis dalam praktiknya. Seorang Paus,Mufti,Brahmana, dan Biksu mempunyai kekuatan dan kekusaan tidak terbatas yang dipercayakan kepada mereka, hal ini berdampak pada bagaimana doktrin agama digunakan untuk memuaskan satu kelompok tertentu dan bukannya menjalankan doktrin ketuhanan agama digunakan oleh para pontif-pontif ini sebagai alat opresi dan sebagai alat kontrol terhadap masyarakat dan individu
Tulisan ini diharapkan berperan sebagai kritik dan solusi untuk kebebasan individu dari semua sistem yang mengopresi dan bertujuan untuk membuat konformitas. Tulisan ini juga diharapkan berperan sebagai sebuah katalis perdebatan peran agama dan negara dalam kehidupan kita dan pada akhirnya menciptakan suatu sintesis dari dialektika dan harapan menuju masyarakat tanpa kelas, negara, atupun semua sistem yang mengopresi kemampuan individu di dunia. Sebuah masyarakat yang adil, setara, dan rasional sebuah masyarakat yang tercerahkan dan anarkis.
I.BAGAIMANA NEGARA MENGOPRESI INDIVIDU
Negara mengopresi individu dengan menggunakan 2 cara secara halus dan kasar. Negara mengopresi secara halus dengan menggunakan birokrasi,narasi. Dengan menggunakan sistem birokrasi negara membuat sistem yang serumit mungkin unutk menumpulkan kemampuan seseorang untuk melihat dunianya, dengan birokrasilah negara dan perusahaan dapat mengambil kalim kehidupan dan semangat eksistensi seseorang darinya dan membuat merea menjadi baut baut untuk mesin birokrasi mereka.
Menagapa saya bilang eksistensi mereka karena dengan birokrasi lah negara dapat mengambil semua keunikan yang membuat sesorang itu ADA dan menggantinya dengan KetiAdaan apa yang dimaksud dengan ketiadaan oni yaitu hilangnya jatid diri keunikan suatu individu di dlama masyarakat dimana ia kehilangan suatu hal yang memebedakan dirinya mdari individu yang lain tetapi karen birokrasi ini semua itu hilang seakan individu itu menjadi sesuatu yang noneksisten dalam artian jiwa rohaninya dan kemampuan berpikirnya birokrasi telah menegasikan individu tersebut. Birokrasi adalah hal yang paling efektif yang pernah dicipatakan negara untuk mengontrol kebebasan individu karena dalam birokrasi lah negara dpat memberikan sebuah ilusi kemerdekaan namun tetap bisa mengatu individu untuk patuh dan merendahkan dirinya dan menjadi bagian dari sistem yang biadab.
Sebagai contoh kalau anda sedang membuat Kartu Tanda Penduduk bukan kah anda harus mengikuti semua prosedur birokrasi yang ada walaupun terkadang itu tidak efisien sama sekali namun kesulitan birokrasi ini bukan lah hal yang tidak disengaja tetapi memang dilakukan unutk menerapkan kepatuhan anda dan mengingat kan anda bahwa anda hanyalah sebuah baut didalam mesin korporat dan negara hal inilah wahai para pembaca yang revolusioner suatu sistem yang membuat anda menghilangkan identitas dan keunikan individu anda dan menjadikannya tidak lebih dari suatu angka dan statistik.
Birokrasi dan hukumnya haruslah kita ibaratkan bagaikan rantai yang menjadi tanda perbudakan individu dan dominasi penguasa yaitu para korporat dan negara arena dengan inilah para penguasa dapat memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menempa dan mencetak anda menjaditipe orang yang mereka inginkan dan mengungtukngkan hal ini ditinjau dalam sudut manapaun merupakan hal yang immoral tetapi mayoritas masyarakat kita tidak mengetahuinya karena mereka sudah dicetak dan sudah dibentuk sesuai dengan agenda si penguasa.
Kita sudah membahas bagaimana birokrasi bekerja dan apa tujuan sebenarnya dari birokrasi tersebut birokrasi tidak lebih dari mesin yang menghilangkan keunikan dan eksistensi anda dalam hidup dan hal ini dilakukan unutk menguntungkan negara dan korporat korporat
Lalu bagaimana dengan narasi?, anda bertanya negara menggunakan narasi sebgaai kabut asap untuk menutupi semua kejahatan negara dengan menjadikannya sebagai hal yang nasionalis dan patriotis, negara menggunakan korporat media untuk melakukan hal ini dengan saluran berita beria yang seperti telah dijelaskan oleh Professor Chomsky dalam bukunya “Manufacturing Consent” bahwa korporat media tidak lebih adalah alat unutk membuat masyarakat setuju dan tidak memprtanyakan negara atas kejahatannya, media dalam segala kabut kritis mereka terhadap negara menyimpan agenda yang tidak jauh berbeda dengan pemerintah yaitu untuk melanggengkan kekuasaan dan menambah profit mereka dan memperkaya diri merea tanpa peduli berapa kualitas berita yang disiarkannya hal inilah yang dapat kita lihat dalam kasus kemerdekaan Papua Barat betapa negara menggunakan metode narasi ini unutk mengantagoniskan para pejuang kemerdekaan di Papua yang sangat sedikit bahkan hampir tidak pernah diberitakan oleh media massa, karena kasus ini tidak diminati oleh para penonton nya dan tidak sesuai dengan agenda korporat dan pemerintah yang mempunyai interest di tanah Papua sehinga anda tidak bisa mengetahui apa yang terjadi di sana karena anda sudah terbutakan oleh segala hiburan yang disediakan oleh korporat media. Negara tidak membutuhkan para pembangkang dan suara suara kritis akan kekuasaan nya yang negara butuhkan adalah konformitas anda dan para patriot yang selalu membela para penguasa dan dengan cara merekayasa persepsi dalam pikiran anda tentang kenyataan yang ada di dunia dengan kenyataan yang ditampilkan pemerintah inilah para pembaca yang saya sebuat dengan narasi, sebuah kemampuan yang ada di tangan negara dan korporat untuk memanipulasi pemikiran dan persepsi anda yang digunakan untuk meredam suara suara oposisi dan kritis terhadap pemerintah dan membuat masyarakat yang kondformis dan tidak mampu berfikir untuk dirinya sendiri karen telah terlena dengan hiburan hiburan picisan yang disediakan korporat media dan direstui negara, dan jika anda berharap berita pada masyarakat seperti ini lebih baik maka anda dapat mengubur harapan anda dalam dalam karena media di masyarakat ini tidaklah bergantung pada pembacanya ataupun kualitas beritanya tetapi lebih bergantung pada agenda bisnis yang mendukungnya dari belakang inilah para pembaca sekalian, narasi.