Mohon tunggu...
Taryono
Taryono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tinggal di Bandar Lampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Preman: He, Kamu yang Nusuk Adik Saya Ya!

27 Februari 2012   02:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:57 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"He, kamu ya yang nusuk adik saya," kata seorang pemuda."Bukan, bukan saya bang," kata saya."Halah, nggak usah bohong, pasti kamu. Ayo ikut ke rumah adik saya," kata sosok yang tidak saya kenal itu sembari mengancam.

Sejurus kemudian kaki saya mengikuti langkah pemuda itu menyusuri gang-gang sempit. Tak lama kemudian, dia berhenti.

"Nah, kamu tunggu sini ya, saya mau panggil adik saya. Coba bungkusan yang kamu pegang saya bawa ya," kata dia.

Berjam-jam saya menunggu pemuda itu. Namun tak juga menunjukkan batang hidungnya. Saya pun berjalan menyusuri gang-gang sempit itu untuk mencari angkutan kota (angkot).

Itulah kisah konyol yang terjadi 20 tahun lalu saat saya masih sekolah menengah pertama (SMP). Kisah tragis yang menyebabkan baju taekwondo yang baru saya beli raib digondol seorang preman.

Ya, preman--sebutan kepada orang jahat: penodong, perampok, pemeras. Mendengar orang menyebut kata 'preman', badan saya saja sudah merinding. Apalagi mengalami tindakan premanisme. Kejadian 20 tahun lalu itu, benar-benar membuat saya trauma.

Belakangan, aksi premanisme model-model seperti ini rupanya masih saya dilakukan. Tapi yang lebih sadis tentu aksi premanisme yang dilakukan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (23/2) dini hari lalu, hingga menyebabkan dua orang tewas dan empat orang luka-luka.

Makin maraknya aksi premanisme di negeri ini. Paling utama disebabkan lemahnya hukum dan aparat penegaknya kita plus juga persoalan ekonomi dan kemiskinan yang tak kunjung teratasi.

Lalu bagaimana mengatasi persoalan ini. Nah, soal ini saya jadi ingat cerita orangtua saya. Dulu di kampung saya banyak preman yang suka merampas, merampok harta, dan hasil kebun penduduk. Dan ini tentu saja meresahkan warga. Tapi, warga kampung tiba-tiba gempar karena preman-preman itu ditemukan di kebun sudah tewas dengan luka tembak.Ya, mereka (para preman) dihabisi oleh penembak misterius (petrus)

Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus (operasi clurit) adalah suatu operasi rahasia dari Pemerintahan Suharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Operasi ini secara umum adalah operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah.

Apakah rezim yang berkuasa saat ini harus meniru pola ini untuk menghabisi para preman yang ada di negeri ini. Saya pikir tak usalah menirunya. Lebih baik pemerintah menyentuh akar persoalan sesungguhnya merajalelanya preman: kemiskinan, perbaikan moralitas penegak hukum, pemerataan ekonomi, dan lemahnya hukum.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun