Mohon tunggu...
Taryono
Taryono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tinggal di Bandar Lampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akibat Pembangunan Pasar Smep Bandar Lampung Mandek

22 November 2013   21:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SABTU sore pekan lalu, sejumlah pedagang tampak asyik memancing di galian bekas Pasar Smep. Di situlah rencana bakal berdiri bangunan Pasar Smep modern menggantikan bangunan yang sebelumnya kumuh dan semrawut.


Aktivitas itu mulai tampak sejak pembangunan pasar yang ditargetkan kelar dalam setahun itu mandek beberapa bulan ini. Penyebab mandek lantaran pengembang masih menunggu kedatangan besi penyangga kontruksi bangunan.


Ini tentu membuat molor penyelesaian bangunan pasar yang direncanakan delapan tingkat itu. Hal inilah yang dikeluhkan sejumlah pedagang Pasar Smep. Walhasil, sejumlah pedagang berinisiatif iuran membeli ikan, lalu menebarkannya di beberapa titik galian Pasar Smep yang digenangi air hujan.


Hal lainnya juga membuat pedagang Pasar Smep makin merana berdagang di penampungan sementara yang tersebar di sejumlah titik: di penjara lama; halaman parkir Pasar Bambu Kuning; dan sejumlah jalan di seputaran Bambu Kuning, lantaran lokasinya tidak representatif, dan itu membuat pelanggan enggan pergi ke sana.


Kondisi ini membuat sekitar Bambu Kuning semrawut. Ini karena minimnya lahan parkir. Lahan parkir yang tersedia kini diperuntukan bagi pedagang Pasar Smep.


Pemandang yang sama juga terlihat di Jalan Imam Bonjol. Kemacetan kerap terjadi lantaran bahu jalan digunakan untuk berdagang dan parkir kendaraan.


Sejauh ini tampaknya Pemkot Bandar Lampung tak punya solusi. Personel Satpol PP yang diturunkan pun tak berdaya.


Bukannya mereka mengurai kemacetan, yang terjadi mereka malah kongko-kongko di depan ruko sembari main handphone, atau bercakap-cakap. Parahnya lagi, DPRD sebagai mitra kerja tampaknya lebih sibuk mengurusi dirinya sendiri: kampanye ke daerah pemilihan (dapil) masing-masing.


Walhasil, pemkot berjalan semaunya tanpa pengawasan yang maksimal dari legislatif. Karut marut wajah kota pun menjadi pemandangan biasa yang kita lihat saban hari.


Inilah pekerjaan yang mesti dibereskan Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. Jika tidak, maka ini bisa merusak reputasinya sebagai kandidat gubernur Lampung mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun