[caption id="attachment_329097" align="aligncenter" width="260" caption="Ilustrasi speakupwinnipeg.com"][/caption]
Baru-baru ini saya mencoba mendaftar (register) pada satu social-web yaitu Disqus. Hal itu dikarenakan saya ingin sekali mengkomentari sebuah tulisan di sebuah media online. Untuk bisa sah/ terverifikasi dalam urun pendapat tersebut, maka saya diharuskan membuka akun di web tersebut di atas, yang berlabel ‘a global comment system’ ini.  Disini memang ajangnya untuk berkata lantang, speak up, nggak usah malu-malu, asalkan substansinya benar dan cara menyampaikannya tidak vulgar.
Apa manfaat menjadi komentator di forum-forum Publik?
- Melatih kepada cara berpikir yang kritis
- Mengasah cara bereaksi yang cepat dan tepat terhadap suatu pemberitaan
- Memotivasi rasa ingin tahu atau kesinambungan dalam memperluas wawasan
- ‘bahagia’ karena merasa ikut memperbaiki situasi (walaupun..jauh sih sebenarnya). Yang penting kan sudah menyuarakan isi hati.
- Menjaga diri untuk berbahasa yang sopan, walaupun tetap boleh menyelipkan ‘sense of humour’ dalam menyampaikan pendapat
- Walaupun intinya yang akan kita sampaikan adalah kritik, kita hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang provokatif, menghina, atau menyakitkan hati
- Kadang mendapat teman baru se-ide sepemikiran
- Kita akan terpacu untuk terus memperbaiki cara kita berbagi (sharing), plus kita akan semakin paham mana komen yang ‘asal-asalan’ dan yang ‘serius’
- Yah hitung-hitung daripada meng-gibah (Jawa: ngrasani) atau menggosip yang tidak-tidak
- Menjadikan input (masukan) bagi pihak terkait yang sedang menjadi pokok berita
- Melatih peka rasa atau sensitif kepada kemashlahatan orang banyak, di tengah-tengah tuntutan jaman yang cenderung egoistis dan individualistis
- Yah setidaknya jika di akhir sebuah reportase atau opini bebas, telah disediakan ruang publik yang diperuntukkan berkomentar, tentunya pihak penulis tersebut akan merasa senang jika ada komentar yang masuk (interaksi)
Lama-kelamaan kok lumayan asyik juga kegiatan komentar-mengkomentari ini. Yang penting tetap pada jalur yang benar, dan tidak mengabaikan kesantunan/ etika berkomunikasi.
Barusan saya juga baru baca tulisan ini, berkomen ria (baca: berdiskusi .. ehh dan ada reward-nya lho) tapi belum saya pelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H