Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Prahara di Tempat Tukang Urut

16 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 16 Juni 2022   07:25 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman mengantar anak ke tukang urut menyingkapkan sebuah celah dalam sistem layanan kesehatan.

Sebelumnya, dalam kepanikan, kami mengantar anak yang mengalami cidera jari ke  IGD RSUD terdekat. Hanya bungkus kalendar (sebagai penahan jari) yang kami peroleh di samping hasil Rontgen.

Penanganan tukang urut keesokan harinya memang tidak mengecewakan. Jari tangan anak laki-laki yang kami antar bisa berangsur lurus meski tak sesempurna dulu.

Tepat seminggu berselang, hari Rabu, kecelakaan kecil menimpa anak perempuan kami; terjatuh di lantai karena licin. Punggungnya terasa sakit 

Antre di depan praktik tukang urut lumayan lama. Sang Tukang Urut menanyakan umur pasien yang kami bawa. 30 menit kemudian, di antara beberapa pasien yang sudah mengantre lebih lama, ia memanggil anak perempuan kami untuk diurus. 

Terdengar celetuk dari bangku depan, "Antre bund, antre!". Tak langsung, tetapi mengena.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun