Selama Libur Idul Fitri tahun 2022, saya berkesempatan mengunjungi tiga museum yang berbeda: Museum Gajah, Museum Sejarah Jakarta dan Museum Wayang (Kota Tua).
Mana Gajahnya? Ternyata "Gajah" yang dimaksud adalah patung gajah emas yang dihadiahkan oleh Thailand pada pihak pengelola museum yang juga dikenal dengan nama Museum Nasional Indonesia.
Salah satu benda yang menarik perhatian saya adalah tempat sirih yang digunakan untuk perkinangan (pleasure). Konon orang Indonesia bisa bersatu karena dari Sabang sampai Merauke, "kita semua makan pinang".
Di Museum Sejarah Jakarta, saya tertarik dengan poster besar yang menampilkan sebuah adegan pertempuran. Ternyata sejarah kota Jakarta tak lepas dari konflik yang disertai kekerasan, bahkan pembantaian.Â
Pada kunjungan sebelumnya, saya juga melihat bedil (senapan) yang dipajang di Museum Gajah.
Di Museum Wayang, saya tertarik dengan wayang Si Unyil yang terkenal pada awal 2000-an. Selain itu, ada pula Wayang Wahyu yang menampilkan tokoh-tokoh dalam Alkitab.
Bagi saya, museum bukan hanya tempat menyimpan benda-benda atau artefak kuno. Sebaliknya, museum menjadi salah satu tempat mengenang dan merayakan kemanusiaan.Â
Hasil karya manusia tidak hanya merefleksikan daya pikirnya (akal budi), tetapi relasinya yang tak terpisahkan dengan alam, dengan sejarah dan dengan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H