Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hadapi Kecanduan PMO: Lawan "Korporasi" dengan "Korporasi"

12 Mei 2022   21:22 Diperbarui: 12 Mei 2022   21:31 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

PMO yang dimaksud adalah kesatuan tak terpisahkan antara Pornography, Masturbation and Orgasm. "Korporasi" yang pertama pada judul tulisan ini berkaitan dengan "suatu badan usaha" yang memproduksi dan menyebarluaskan konten pornografi, khususnya dalam dunia digital. "Korporasi" dalam arti yang kedua adalah "Proses untuk menjadi bagian suatu masyarakat yang beradab".

Beberapa orang pasti mengalami bagaimana sulitnya berjuang untuk keluar dari kecanduan pornografi. Setelah terjerumus pada usia dini, pengalaman "nikmat" yang diperoleh ingin diulang kembali. Kegiatan menonton "bokep" pasti selalu dibarengi dengan aktivitas "onani". Kebiasaan ini berulang terus menerus hingga menginjak bangku SMP dan SMA. Kali ini saya akan membagikan beberapa butir gagasan yang saya sarikan dari pengalaman saya dan dari berbagai sumber. Ini adalah tips-tips atau panduan ketika menghadapi pornografi bukan semata-mata sebagai "masalah", tetapi sebagai "misteri". 

Pertama, Jangan Panik! Jika Anda adalah pecandu, atau Anda adalah orangtua yang "mengendus" kecanduan bokep, jangan panik! Anak akan selalu "lapar" sampai ia menemukan "makanan" yang tepat. Seorang anak seharusnya merasa nyaman dengan kondisi rumahnya, dengan kasih sayang ibu dan ayah yang melimpah. Tetapi, sebagai anak (khususnya laki-laki), ketertarikan untuk bermain bersama teman sebaya amatlah kuat, apalagi jika kurang aktivitas di rumah. Tidak semua teman itu baik. Pertemanan yang buruk bisa membawa seorang anak pada hal-hal berbau "porno", entah melalui gambar, entah lewat tontonan di DVD/CD (zaman dulu). Saat ini, berbagai tawaran game online menampilkan karakter yang mudah membuat anak terangsang sejak dini.

Kedua, pornografi selalu melibatkan korporasi. Ada perusahaan khusus yang memproduksinya, entah "resmi" atau "swasta". Tetapi yang pasti, korporasi hanya bisa dilawan dengan korporasi. Sekarang ini ada akun-akun Nofap yang menawarkan kiat-kiat keluar dari kecanduan bokep. Perlahan tapi pasti, dengan bantuan banyak teman yang sama-sama berjuang, anak lebih cepat keluar dari kesulitan.   

Ketiga, ada anggapan umum bahwa kebiasaan onani anak akan berhenti pada usia dewasa dan setelah menikah. Kebiasaan tetaplah menjadi kebiasaan kalau tidak diubah. Sebetulnya, kiat-kiat untuk keluar dari kecanduan sudah bisa ditemukan dalam praktik puasa dan pantang. Lakukanlah yang sederhana dan bimbing anak Anda untuk mampu melakukannya (misalnya: batasi waktu di depan layar).

Keempat, Berikan dia cinta, temani dia, jangan biarkan ia sendirian. Ia kira bahan tontonan itu adalah ungkapan cinta, padahal bukan. Anak tidak bisa dibiarkan berada terlalu lama duduk dan menonton gawai seharian. Anak akan tertidur pulas kalau sudah melakukan berbagai kegiatan sebagai manusia yang utuh pada hari itu: berdoa, bekerja, olahraga, rekreasi dan belajar.

Kelima, butuh bantuan Tuhan. Bagi seorang Katolik, rasa "malu" atau "rasa bersalah" adalah modal awal yang penting untuk bisa mengasah suara hati. Pengakuan dosa (tentu tidak setiap hari) adalah saat untuk memikirkan kembali penitensi untuk masa depan. Seperti sampah yang didaur ulang, kita bisa berdoa agar keadaan dosa itu "didaur ulang" dan diubah sepenuhnya menjadi hidup yang penuh kehangatan dan kasih sayang.

Percayalah, harga yang harus dibayar karena pertemanan yang tidak diawasi secara memadai adalah perjuangan untuk keluar dari kecanduan yang memakan waktu belasan, hingga puluhan tahun. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun