Kulkas sering diyakini sebagai tempat menyimpan makanan. Tetapi, saya rasa lebih tepat jika ia dikatakan sebagai pintu utama untuk membuang makanan, khususnya makanan dalam kemasan. Kecemasan atau kekhawatiran akan situasi kelangkaan mendorong kita untuk membeli lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsi setiap hari.
Pada satu kali pelajaran di SD, saya melihat foto fossil "sampah" yang ditemukan pada pesisir di salah satu tempat di Indonesia. Sampah telah menjadi masalah besar (dan kuno) namun tak bisa dianggap sepele. Salah satu penyumbang sampah terbesar adalah dapur, di kota besar. Apalagi, dapur kita sering dilengkapi dengan pendingin makanan (kulkas, freezer, dsb).
Untuk kebutuhan rumah tangga seperti perabot, kita suka memberi ruang terbuka (space). Namun, saat berurusan dengan isi kulkas, hanya kepadatan dan kekacauan sejauh mata memandang. Manusia kota digerakkan oleh logika "kelangkaan" sehingga cenderung menimbun bahan makanan.
Selain itu, tahukah Anda bahwa kulkas (khususnya gagang pintunya) adalah benda terkotor di dunia selain layar HP Anda?
Mungkin kita perlu belajar dari masyarakat desa yang mampu bertahan hidup untuk satu hari dengan sumber daya seadanya. Saya pernah mengalami bagaimana rasanya makan dengan porsi terukur tanpa toleransi. Buktinya, saya masih hidup dan menulis. Manusia bisa mengetahui ukuran pinggangya, tapi sulit mengukur ukuran lambungnya. Padahal, makanan yang dapat dimakan jauh lebih sedikit daripada apa yang dapat dimakan. Jumlah itu semakin jauh berbeda dengan apa yang kita lihat dalam iklan.
Ada teman Muslimah yang langsung kenyang ketika berbuka hanya dengan air putih. Ini membuktikan bahwa dorongan untuk makan sangat besar tetapi dapat dikendalikan. Peradaban kota meminta apapun yang ia butuhkan, namun membuang sebagian besar sumber daya pada tempat sampah. Mungkin parameter terbaik untuk menilai keberhasilan puasa tahun ini adalah jumlah makanan yang terbuang.
Temukan pintu rumah siapa saja yang mau memakan apa yang kita tidak butuhkan, dengan cara-cara kekinian, melalui medsos, jejaring persahabatan, apapun. Kualitas makanan yang telah disimpan dalam kulkas tak akan pernah sama lagi. Semoga perayaan keagamaan apapun tidak menjadi ajang untuk membuang makanan. Sebab, membuang makanan sama dengan mencuri dari meja orang miskin. Selamat Hari Lebaran...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H