Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meditasi Kristiani bersama St. Yohanes Penginjil

19 April 2022   08:00 Diperbarui: 19 April 2022   08:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kali ini saya akan membagikan sebuah tulisan tentang meditasi Kristiani bersama Santo Yohanes. Saya hanya akan menggunakan kutipan Yohanes bab 1 ayat 1: "PADA MULANYA ADALAH FIRMAN". Untuk menjelaskan pentingnya ayat ini, saya akan menyandingkannya dengan legenda Faust yang digubah oleh pujangga asal Jerman, Johan Wolfgang von Goethe (1749-1832). Doktor Faust menjual jiwanya (d.h.i membuat perjanjian dengan Iblis bernama Mephisto) untuk memperoleh kepintaran dan kekuasaan.

Dikisahkan bahwa dalam studinya, Faust berusaha menerjemahkan Injil Yohanes. Ia membuka dan menemukan ayat yang sudah saya tuliskan di atas: "In the beginning was the Word". Faust tidak mampu menerjemahkan kata "Firman" yang berarti: TUJUAN, MAKSUD, MAKNA, PANGGILAN, INTELIGENSI. Kata "Firman" terlalu besar baginya dan sayang untuk dibagikan kepada manusia. Karena itu, ia menerjemahkan baris itu demikian: "In the beginning was the Deed", yang berarti: PERBUATAN, TINDAKAN, SITUASI, KARYA.

Padahal, urutannya tidak bisa dibalik. Buah tidak muncul mendahului pohon yang menghasilkannya. Anak tidak ada mendahului orang tuanya. Sabda menjadi Manusia dan bukan sebaliknya. Dalam sejarah manusia, gagasan mendahului peristiwa dan bukan sebaliknya.

Untuk lebih memahami urutan ini, ada baiknya saya berikan contoh Bunda Teresa dari Kalkuta (1910-1997). Dunia melihatnya sebagai seorang yang penuh dedikasi pada orang-orang miskin. Tak kurang dari 16.000 gelandangan meninggal dalam pangkuan kasihnya. Ternyata, Bunda Teresa menyediakan satu jam setiap hari di depan Sakramen Mahakudus. Setelah terbiasa melihat Tubuh Kristus lewat mata iman, ia mampu melihat Kristus di dalam tubuh-tubuh kaum yang paling miskin di antara orang miskin. Ia tidak menjalankan karya sosial, tetapi melayani Kristus dan ingin menjadi seperti Kristus.

Semangat meditasi adalah kembali pada Sang Sumber Pengetahuan sejati. Tuhanlah yang memulai segala pekerjaan baik di atas bumi ini. Bersama dengan olah rohani lainnya, meditasi membantu kita menjadi seperti gelas atau bejana kosong. Orang yang selalu sedia datang dan menimba air kehidupan akan mampu menuangkannya ke atas tanah-kering-gersang hidup ini, tempat segala jiwa haus akan Tuhan. Karena itu, tepatlah doa St. Augustinus ini:

Kami mohon pada-Mu ya Tuhan,

Agar segala PERBUATAN KAMI BERASAL DARI-MU

Dan melalui-Mu dibawa pada kesempurnaan

Mari menimba Air Kehidupan dari Sumber Keselamatan!

Rujukan:

Fulton J. Sheen, "Hope for a Wounded World" https://youtu.be/PGG4P_yj8VU?list=PLxJrpK3mAms0_lcU1BZizEOajkq3Cyy8w

https://www.liputan6.com/global/read/4640948/26-agustus-1910-lahirnya-bunda-teresa-biarawati-katolik-yang-penuh-cinta-kasih

Johann Wolfgang von Goethe, Faust: A Tragedy (Parts one and Two, Fully Revised). Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh W. Daniel Wilson (New Haven: Yale University 2014), halaman 65

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun