Beberapa minggu belakangan saya diganggu oleh berita tentang kerusakan wajah akibat pemakaian produk kecantikan yang mengandung bahan berbahaya. Kali ini saya ingin membagikan satu cara pandang tentang kecantikan yang sulit Anda tolak (meskipun saya termasuk dalam kaum Adam dan awam soal kecantikan).
Kebanyakan orang berkata bahwa cantik itu dimulai dari dalam, atau paling tinggi, cantiknya luar dan dalam. Saya akan mengajukan salah satu kriteria (bisa dikatakan kriteria yang paling utama) untuk menilai standar kecantikan, yaitu ketulusan. Tulus yang saya maksud bukanlah penyanyi bersuara merdu dengan lirik-lirik maut (d.h.i Muhammad Tulus Rusydi). Â
Kata "tulus" memiliki padanan dalam Bahasa Inggris yaitu "sincere". Beberapa orang sering merujuk akar kata sincere pada dua kata dalam bahasa Latin, yakni sine (tanpa) dan cera (lilin, wax). Orang Romawi kuno suka membangun kuil untuk para dewa. Bagian penting dari pembangunan itu adalah pilar dan patung yang terbuat dari marmer. Ada kalanya barang yang dihasilkan memiliki beberapa bagian yang cacat atau kurang mulus. Karena itu, mereka akan menambahkan lilin agar terlihat lebih mulus. Selain marmer, lilin juga digunakan sebagai bahan pelapis gerabah tanah liat. Karena itu, jika gerabahnya terkena panas, lapisan lilin itu akan hilang. Gerabah yang tidak dilapisi lilin diberi label "Sine Cera". Ini menunjukkan kualitas gerabah yang baik.
Ketulusan itu pertama-tama terpancar dari hati. Pancaran ketulusan itu akan menjelma dalam kata, sikap dan senyuman. Indikator ketulusan paling baik adalah anak-anak. Itulah sebabnya sebagai anak kecil, kita akan menganggap ibu kita sebagai wanita yang paling cantik, karena dialah yang paling tulus (paling tidak pada sebagian besar anak dengan masa kecil yang membahagiakan).
Kamu cantik, cantik, dari hatimu (auto nyanyi).
Selamat Ulang Tahun, Mama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H