Lynch menggunakan istilah "inquiry" dalam arti yang lebih luas daripada metode kerja ilmiah. Istilah ini juga menyangkut proses, latihan dan kegiatan-kegiatan mencari pengetahuan yang membentang mulai dari tindakan-tindakan teoretis hingga eksperimental; kegiatan mencari kebenaran religius (seperti mencari dirham yang hilang); hingga mencari sumber kerusakan pada salah satu instalasi listrik rumah tangga. Apa yang mendorong pencarian itu tentu saja pengandaian mendasar bahwa kebenaran objektif itu penting dan karena itu pantas dikejar.
Kebenaran Pantas Dipertahankan Demi Kebenaran Itu Sendiri
Lynch memberikan ilustrasi tentang realitas buatan yang dapat dialami oleh manusia dalam sebuah mesin virtual reality. Saat kita masuk dalam mesin semacam itu, tidak ada satupun yang benar-benar riil. Akan tetapi, semua itu akan tampak nyata. Bahkan bisa juga diatur sedemikian sehingga sekali kita berada di dalamnya, kita bisa sepenuhnya lupa bahwa kita ada di dalam mesin itu. Kita juga tidak akan pernah bisa keluar dari sana jika kita terperangkap di dalamnya.
Skenario semacam itu pernah ditampilkan dalam film The Matrix (1999). Ketika Neo (Keanu Reeves) dihadapkan pada pilihan meminum pil ilusi atau realitas, ia tetap memilih realitas, sekalipun hal itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Refleksi kita pada situasi tersebut menunjukkan bahwa kita peduli pada kebenaran itu sendiri dan bukan hanya apa keuntungan yang bisa diperoleh daripadanya.
Hal ini tidak berarti bahwa kebenaran tidak punya nilai lain di luar dirinya sendiri. Justru sebaliknya, alasan yang paling jelas untuk mencari kebenaran adalah keyakinan bahwa kebenaran itu bisa membawa kita pada apa yang kita inginkan. Singkatnya, pencarian akan kebenaran itu bermanfaat.Â
Lynch membedakan antara nilai-nilai normatif dan nilai-nilai yang berciri normatif secara mendalam. Sebagai contoh, cinta bisa membuat kita memperoleh kehidupan keluarga yang sejahtera, namun hal itu tidak mengatakan kepada kita seluruh hakekat cinta. Sama seperti cinta, kebenaran itu secara radikal berciri normatif.
Apa yang membuat kebenaran itu berciri intrinsik (bernilai pada dirinya sendiri) adalah karena kebenaran itu sendiri merupakan preferensi dasar (optio fundamentalis) yang tidak bergantung pada hal lainnya (sekali lagi, hal ini tidak berarti bahwa kebenaran itu merupakan satu-satunya preferensi dasar.Â
Preferensi dasar yang lain, misalnya, menghindari rasa sakit). Kita tidak saja memiliki preferensi dasar untuk mencari kebenaran, tetapi juga peduli padanya. Secara normatif, kepedulian kita pada kebenaran menunjukkan bahwa kebenaran itu penting bagi diri kita.
Sumber:Â
Lynch, M. (2004). True to Life: Why Truth Matters? . Massachusetts: Bradford Book.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H