Mohon tunggu...
Di
Di Mohon Tunggu... -

Menyukai kejadian bumi dan luar angkasa,menyukai teknologi, save earth

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ini Masalah Akuntansi

30 Desember 2011   00:32 Diperbarui: 4 April 2017   17:58 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Temanku seorang ibu rumah tangga suaminya bekerja di salah satu BUMN bagian produksi. Dia mengeluh padaku kalau BUMN tempat suaminya bekerja dalam kondisi menuju kebangkrutan, Dia juga heran kenapa perusahaan yang mempunyai omset millyaran bisa tidak punya uang, padahal dinyatakan mempunyai laba dan harus membayar pajak sekian milyar, tapi tidak mempunyai uang untuk membayar pajak, sehingga mengorbankan gaji karyawan untuk bisa memenuhi kewajiban membayar pajak.

Aku melihat temanku dengan prihatin, dan dengan tidak memihak pada BUMN tersebut aku mencoba menjelaskan secara bodoh bodohan kepada temanku definisi laba di perusahaan dan unsur unsur yang terkandung di dalamnya.

Sebelum menerangkan saya memberi pertanyaan kepada temanku “ Jika perusahaan menurut perhitungan akuntansi dinyatakan laba sebesar 100 juta, ternyata jumlah uang yang tertulis dan benar benar benar ada di kas hanya sebesar 50 juta, kemana sisa uang 50 juta ?” temanku juga bingung dia balik bertanya “ kok bisa ?....” dengan expresi heran. Dan aku mulai penjelasanku secara bodoh bodohan

Laba menurut rumus teori akuntansi secara sederhana adalah :

PENDAPATAN – BIAYA

Pertama saya menerangkan tentang pendapatan. Tidak semua transaksi yang diakui sebagai pendapatan dalam berbentuk uang. Contohnya barang sudah diserahkan kepada pembeli tapi uang belum diterima, itu yang disebut piutang

Kedua tidak semua transaksi yang mengeluarkan uang dimasukkan ke akun biaya, contohnya pembelian barang dagangan. Apapun perusahaan bentuk perusahaannya manufaktur atau perusahaan dagang , setiap pembelian barang dagangan pasti dimasukkan ke akun persediaan barang dagangan. Dan yang diakui biaya adalah barang dagangan yang benar benar terpakai, sedang sisanya masuk ke akun persediaan barang dagangan.

Ketiga, pembayaran hutang. Tidak semua pembayaran hutang diakui sebagai biaya, misalnya pembayaran hutang untuk pembelian persediaan barang dagangan, atau pembayaran cicilan mobil, mesin, tanah.

Jadi kesimpulannya berhubungan dengan pertanyaanku diatas kemana sisa uang 50 juta yang tidak berbentuk uang, kemungkinan ada tiga : masih dalam bentuk piutang yang belum dibayarkan, untuk membayar hutang dan masih dalam bentuk persediaan barang yang belum terolah.

Setelah penjelasan tersebut Temanku manggut- manggut mengerti. Kemudian dia bertanya. “Kenapa akuntansi membuat peraturan pencatatan seperti itu, aturnya langsung saja, apapun yang sifatnya mengeluarkan uang langsung dicatat biaya, dan apapun yang sifatnya menerima uang langsung dicatat pendapatan, Jadi jelas…”

Saya simple menjawab nah itu kamu protes saja kepada orang yang membuat PSAK.

Cheers

Pipit Di

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun