Carmine Gallo (Kolumnis, Business Week) menuliskan bahwa Howard Schultz CEO Starbucks tidak menjual kopi, dia menjual “tempat ke tiga“antara kantor dengan rumah. Gallo juga mengungkapkan bahwa tujuan Schultz adalah ingin menciptakan pengalaman tempat ketiga antara kantor dan rumah dimana orang akan merasa nyaman berkumpul. Dia juga bermaksud untuk memberlakukan orang dengan penuh martabat dan rasa hormat. Gallo juga terkejut ketika membaca ulang transkip wawancaranya dengan Howard Schultz bahwa kata kopi jarang muncul.
Pada sebuah artikel di internet menuliskan tujuan seseorang meminum kopi di di Starbucks karena ingin membeli suasana. Selesai membaca artikel itu dalam hati aku memuji Schultz, sukses menjual tempat yang nyaman.
Saya penggila kopi, walaupun masih dalam taraf wajar. Bangun tidur setelah sholat subuh aktifitas yang kusentuh adalah membuat kopi. Kemudian duduk di meja makan atau kursi belakang rumah untuk menikmati secangkir kopi sambil berfikir atau berhayal…(^^).
Menurutku tempat yang nyaman untuk secangkir kopi tergantung mood dan suasana. Kalau aku lagi tidak ingin diganggu minum kopi di kamarku sambil dengerin musik atau membaca. Minum kopi sambil mengerjakan thesis juga enak. Atau minum kopi di angkringan sambil melihat orang lewat juga enak.
Terinspirasi “tempat ketiga“ Schultz, aku menghayalkan sebuah Café nyaman bernama café Archid dalam novel trilogku berjudul Seven of Wind, ketika menuliskan tentang café Archid aku membayangkan sebuah café nyaman tidak sekedar meminum kopi dan makan, tapi juga enak buat berfikir sendirian tanpa diganggu pendatang lain.
Jadi kesimpulannya meminum kopi akan tambah nikmat jika suasana sekitarnya mendukung. Dan terakhir muncul pertanyaan usil di benaku kalau membawa kopi sendiri dari rumah tapi diminum di café Starbucks boleh tidak ya..????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H