Tim mahasiswa PKM RE Universitas Sebelas Maret (UNS) memanfaatkan buah pare sebagai pengobatan lini pertama pada penderita diabetes millitus tipe 2.Tim ini mengangkat judul "Formulasi Mesoporous Silica Nanoparticles Ekstrak Pare (Momordica charantia L.) dalam Sediaan Patch Transdermal untuk Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe 2.Tim ini beranggotakan yaitu Yoga Prasetya Ramadhana, Salma Nur Azizah, Muhammad Faisal, Arya Anggoro, dan Fransiskus Andre Prasetyo Priyanto dan diidampingi oleh apt. Syaiful Choiri, S.Farm., M.Pharm.Sci sebagai dosen pembimbing.
Internasional Diabetes Federation (2023) menyatakan bahwa sebanyak 537 juta orang dewasa pada rentang umur 20-79 tahun menderita penyakit DM. Indonesia berada pada peringkat ke-5 di antara sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak yaitu 35 juta orang dari 270 masyarakat Indonesia pada tahun 2023 (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Lini pertama pengobatan DM tipe 2 adalah metformin, sulfonilurea, inhibitor a-glucosidase, dan insulin secara parenteral (American Diabetes Association, 2020). Namun, terapi tersebut dapat menimbulkan efek samping, serta penggunaan injeksi insulin pada dapat menimbulkan rasa nyeri dalam pemakaian jangka pajang (Kumar dkk., 2021). Oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi pengembangan terapi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Buah pare (Momordica charantia L.) terbukti secara saintifik dapat membantu terapi DM tipe 2. Buah pare mengandung senyawa charantin dari golongan steroid. Charantin memiliki aktivitas antidiabetik dengan mengaktivasi adenosin monofosfat protein kinase (AMPK) yang akan menstimulasi sel β-pankreas untuk bekerja memproduksi insulin lebih banyak dan menaikkan deposit cadangan glikogen pada hati. Namun, senyawa charantin bersifat hidrofobik sehingga kelarutan dan bioavaibilitasnya terbatas. Selain itu, charantin juga dapat terhidrolisis oleh asam lambung apabila diberikan melalui rute oral (Surini dkk., 2019). Oleh karena itu, diperlukan inovasi penghantaran obat baru untuk mengatasi keterbatasan sifat fisikokimia charantin, salah satunya menggunakan sistem penghantaran obat transdermal dengan memanfaatkan Mesoporous Silica Nanoparticles (MSN) dimanfaatkan untuk meningkatkan daya penetrasi charantin menembus stratum corneum pada kulit dan pelepasan charantin yang terkontrol pada sirkulasi sistemik.
Saat ini, Mesoporous Silica Nanoparticles (MSN) telah banyak diteliti dan dimanfaatkan dalam pengembangan drug carrier berbasis nanoteknologi. MSN partikel kecil yang terbuat dari bahan yang disebut "silika" atau "silikon dioksida," yang juga ditemukan dalam pasir atau kaca. Partikel-partikel ini memiliki ukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari sebutir pasir.
Yang membuat Mesoporous Silica Nanoparticle istimewa adalah mereka memiliki pori-pori atau lubang-lubang kecil di dalamnya. Pori-pori ini seperti lorong-lorong kecil yang sangat rapi dan teratur. Mereka membantu partikel ini untuk menampung dan membawa bahan kimia atau obat-obatan ke dalam diri mereka. Hal ini membuat MSN memiliki banyak keuntungan, antara lain dapat meningkatkan muatan obat dan melindungi stabilitas sifat fisika dan kimia obat.
“MSN memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan efektivitas charantin yang di dapat dari bahan alam sebagai alternatif pengobatan DM tipe 2 dan menutupi kekuragan obat-obat antidiabetes konvensional yang memiliki banyak efek samping. Kami berharap, penelitian kami dapat membantu pengembangan terapi DM tipe 2 agar tingkat keberhasilan terapi meningkat dan dapat menurunkan angka penyakit diabetes di Indonesia.” Jelas Yoga Prasetya Ramadhana selaku ketua tim riset.
Hasil penelitian ini akan dipublikasikan ke dalam jurnal internasional Indonesian Journal of Pharmacy yang terindeks Scopus Q3. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan DM tipe dua dengan memanfaatkan tanaman obat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H