PkM kelompok 1 universitas djuanda Bogor melaksanakan Pengabdia kepada Masyarakat (PkM). Kegiatan tersebut merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di suatu daerah tertentu. PkM terbagi dalam 8 kelompok yang tersebar di Kabupaten Sukabumi dengan mengusung tema "One Product One Village". Kegiatan tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 3 sampai 4 hari.
MahasiswaDesa Bojonggenteng adalah sebuah desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Para petani di desa ini mengandalkan hasil kebun mereka sebagai sumber penghasilan sehari-hari. Salah satu jenis tanaman yang mereka kelola adalah singkong. Namun, banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar desa menghasilkan limbah berupa kulit singkong. Limbah ini seringkali tidak dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang. Jika dibiarkan, pembuangan limbah kulit singkong ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebagai solusi untuk masalah ini, disarankan agar limbah kulit singkong tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos. Dengan cara ini, limbah kulit singkong tidak hanya akan mengurangi dampak pencemaran, tetapi juga dapat meningkatkan kesuburan tanah untuk pertanian.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Agustus 2024, dan bertempat di aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Acara ini dihadiri oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak dalam penjualan olahan singkong, serta masyarakat setempat, dengan total peserta mencapai sekitar 30 orang. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah kulit singkong. Melalui sesi ini, peserta diajarkan bahwa limbah kulit singkong, yang selama ini sering kali diabaikan atau dibuang begitu saja, sebenarnya dapat diolah menjadi bahan yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Edukasi ini meliputi cara-cara praktis untuk mengubah limbah kulit singkong menjadi pupuk kompos, yang dapat mengurangi pencemaran dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mengelola limbah secara lebih efektif, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan ekonomi lokal.
Tak hanya memberikan edukasi kepada masyarakat melainkan juga mempraktekkan cara pembuatannya. Bahan yang perlu digunakan ialah kulit singkong, sekam padi, cairan EM4, m  olase serta media tanam. Langkah pertama untuk membuat pupuk kompos ialah campurkan limbah kulit singkong, sekam padi serta media tanam (tanah) ke dalam wadah.
Kemudian campurkan larutan molase, cairan EM4 dengan perbandingan 1:1 ke dalam 1 liter air. Lalu campur semua bahan kedalam larutan  kemudian diaduk hingga merata. Simpan selama kurang lebih 1 minggu untuk melakukan proses fermentasi menjadi pupuk kompos.Â
"Saya sangat senang melihat antusias warga saat sedang kegiatan praktek tersebut dilakukan, saya juga membagikan beberapa bahan untuk dapat mereka gunakan dalam pengolahan limbah kulit singkong" Ujar Mursidi hariyadi, sebagai pelaksana program pendampingan pemanfaatan limbah kulit singkong sebagai pupuk kompos.
Kegiatan pembuatan pupuk kompos memiliki sejumlah manfaat signifikan, terutama dalam hal memperbaiki struktur tanah dan menyediakan alternatif yang ramah lingkungan untuk pupuk kimia. Pupuk kompos yang dihasilkan dari limbah organik, seperti kulit singkong, dapat meningkatkan kapasitas tanah dalam menyimpan air dan nutrisi, memperbaiki aerasi tanah, serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu, penggunaan pupuk kompos membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang sering kali memiliki dampak negatif terhadap kesehatan tanah dan lingkungan. Sebagai mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini, kami berharap agar masyarakat dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk mengelola limbah secara efektif. Kami mengajak masyarakat untuk melihat limbah kulit singkong sebagai sumber daya yang berharga, yang dapat diolah menjadi pupuk kompos. Dengan cara ini, tidak hanya limbah tersebut akan memiliki nilai tambah, tetapi juga akan memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Kami percaya bahwa dengan mengelola limbah secara berkelanjutan, masyarakat dapat meningkatkan kualitas tanah, mengurangi pencemaran, dan mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H