Mohon tunggu...
cerita opini
cerita opini Mohon Tunggu... Administrasi - seo

favorite

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergeseran Nilai-Nilai dalam Pendidikan Akibat Teknologi Digital

31 Oktober 2024   10:03 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:28 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi digital dalam beberapa dekade terakhir telah membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Proses belajar-mengajar yang sebelumnya didominasi oleh interaksi langsung di kelas kini bergeser ke dunia maya. Teknologi digital menawarkan kemudahan akses informasi, fleksibilitas dalam waktu belajar, hingga metode belajar yang lebih interaktif. Namun, di balik semua manfaat tersebut, ada pertanyaan penting yang perlu kita renungkan: Apakah teknologi ini memperkuat atau justru menggeser nilai-nilai mendasar dalam pendidikan?

Salah satu nilai utama dalam pendidikan tradisional adalah disiplin. Hadir di kelas tepat waktu, menyelesaikan tugas dalam tenggat waktu yang ketat, dan mengikuti jadwal yang teratur semuanya menuntut kemampuan manajemen waktu yang baik. Namun, dengan hadirnya platform belajar daring, fleksibilitas waktu menjadi lebih longgar. Banyak platform yang memungkinkan siswa untuk mengakses materi kapan saja dan di mana saja, mengurangi tekanan untuk mengikuti jadwal yang kaku. Ini memang menguntungkan, tetapi apakah ini juga memengaruhi kemampuan siswa dalam menghargai disiplin?

Kebebasan belajar di mana saja bisa berpotensi melemahkan kemampuan manajemen diri. Siswa mungkin tergoda untuk menunda-nunda tugas dengan alasan bahwa mereka bisa menyelesaikannya nanti. Pada titik ini, teknologi dapat menggeser pemahaman bahwa belajar adalah proses yang membutuhkan pengaturan waktu dan konsistensi.

Di era sebelum digital, siswa harus menggali buku teks, mencari referensi di perpustakaan, dan menyusun tugas berdasarkan informasi yang didapat dari sumber-sumber fisik. Proses ini menuntut ketekunan dan kerja keras. Namun, saat ini, semua jawaban tersedia dalam hitungan detik di mesin pencari seperti Google. Memang, akses yang lebih cepat ke informasi mempercepat proses belajar, tetapi apakah itu mengajarkan siswa untuk bekerja keras dan menghargai proses belajar yang mendalam?

Kecepatan mendapatkan informasi berpotensi mengubah pemahaman siswa tentang makna "kerja keras." Teknologi membuat segalanya instan, namun belajar seharusnya bukan sekadar soal mengumpulkan informasi, melainkan juga tentang memproses, menganalisis, dan memahami konteks. Jika siswa hanya mengandalkan informasi yang serba cepat tanpa menyelami materi secara mendalam, nilai kerja keras dalam proses belajar bisa saja luntur.

Dalam sistem pendidikan tradisional, interaksi langsung dengan guru dan teman-teman di sekolah memainkan peran penting dalam membangun keterampilan sosial. Diskusi kelompok, presentasi di kelas, serta kerja sama dalam proyek mengajarkan siswa untuk berkomunikasi, berdebat, dan saling menghargai pendapat orang lain. Teknologi digital, dengan berbagai platform pembelajaran jarak jauh, telah mengurangi kebutuhan interaksi tatap muka.

Meskipun teknologi menyediakan forum daring untuk berdiskusi, interaksi virtual tidak sepenuhnya dapat menggantikan dinamika komunikasi langsung. Keterampilan seperti membaca bahasa tubuh, mengekspresikan emosi dengan tepat, dan menangani konflik dalam interaksi sosial langsung adalah hal-hal yang sulit diajarkan melalui layar. Jika pendidikan bergeser sepenuhnya ke dunia digital, bagaimana nasib perkembangan keterampilan sosial generasi muda?

Guru selama ini dianggap sebagai tokoh sentral dalam pendidikan, tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mentor dan pembimbing. Mereka memberikan panduan, membentuk karakter, dan menanamkan nilai-nilai. Namun, dengan munculnya platform pembelajaran daring, beberapa pihak mulai mempertanyakan apakah peran guru akan tergantikan oleh teknologi.

Banyak platform daring yang menawarkan pengajaran otomatis atau materi yang disampaikan melalui video. Meski efisien, teknologi ini tidak bisa menggantikan sentuhan pribadi seorang guru. Guru memberikan pengajaran yang dipersonalisasi, mengerti kebutuhan emosional siswa, serta mampu menginspirasi mereka. Teknologi, meskipun canggih, tetap tidak bisa memberikan pembelajaran yang bernilai emosional dan mendalam seperti yang dilakukan guru.

Teknologi digital telah memberikan banyak manfaat dalam pendidikan, mulai dari kemudahan akses informasi hingga fleksibilitas dalam proses belajar. Namun, kemajuan teknologi juga membawa tantangan baru terkait pergeseran nilai-nilai mendasar dalam pendidikan, seperti disiplin, kerja keras, interaksi sosial, dan peran guru. Alih-alih menggantikan nilai-nilai tersebut, teknologi seharusnya menjadi alat yang mendukung dan memperkuatnya.

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa teknologi tidak bisa menjadi solusi tunggal dalam pendidikan. Pendidikan adalah proses yang tidak hanya melibatkan transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Dalam konteks ini, peran guru, proses belajar yang disiplin, dan interaksi sosial tetap penting dan tidak boleh terabaikan. Teknologi digital, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi pelengkap yang memperkaya pengalaman belajar tanpa menggeser nilai-nilai fundamental dalam pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun