Tugas Leader adalah sebaik mungkin mempersiapkan regenerasi, supaya penggantinya nanti akan LEBIH BAIK darinya
Â
SILATURAHMI DI MATA ANAK MUDA
 Silaturahmi KELUARGA BESAR (Trah) biasanya hanya menjadi perhatian para generasi tua. Kalaupun ikut acara silaturahmi (halalbihalal dan arisan keluarga besar), generasi mudanya biasanya enggan ikut.
 Kalaupun ikut itupun hanya karena diajak orang tuanya. Umumnya mereka merasa "asing" dengan para "sepupu jauhnya" (anak-anak paman/om dan bibi/tante-nya). Alih-alih membaur dengan keluarga lain, biasanya  mereka memilih "duduk manis" bersama orang tuanya.
 Ya itulah ironi silaturahmi keluarga... hanya menjadi concern orang tua, dan tidak dianggap hal yang "penting" bagi generasi mudanya. Terhadap sepupu jauhnya biasanya mereka hanya kenal nama atau kenal muka. Kalaupun menyapa itu hanya formalitas basa-basi saja. Hampir tidak ada keakraban. Beda dengan orangtuanya, tak ada "emotional bonding" di antara mereka. Cenderung "nafsi nafsi" (diri sendiri) : elu elu, gue gue...Â
Terhadap kondisi ini kita tak bisa menyalahkan generasi muda ini. Tak sesederhana itu menegur mereka "Kamu sih nggak mau bergaul dengan saudara-saudara sepupu... jadi nggak saling kenal deh".
 KEBERKAHAN SILATURAHIMÂ
Sesungguhnya mendorong anak untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga besar adalah TANGGUNGJAWAB orang tuanya. Itu adalah "pewarisan nilai-nilai keluarga" (family values) yang harus dilakukan untuk kebaikan sang anak itu sendiri.Â
Pada umumnya para orang tua masih datang ke acara HBH dan arisan keluarga besar... karena masih merasa sedarah, kakak beradik atau sepupuan. Motivasinya lebih karena pertalian keluarga atau "nasab" yaitu pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping.Â