Sekitar 17 tahun (2001-2018) Â saya membantu pimpinan Summarecon menggalang Relawan Karyawan untuk membantu Yayasan Buddha Tzu Chi. Sebagai Kordinator Relawan Summarecon yang juga menjadi Relawan Tzu Chi, saya sudah puluhan kali mengikuti dan menyelenggarakan acara Bakti Sosial yang "mengesankan" (masyarakat miskin / korban bencana diposisikan sebagai "Customer" yang dihormati). Bahkan 2 X bersama Pimpinan Summarecon, saya berkesempatan mengunjungi "kampung halaman spiritual" Tzu Chi di Hualien, Taiwan dan sempat audiensi dengan Master Cheng Yen.Â
Kenangan kegiatan sosial di masa lalu itu muncul lagi, ketika kemarin melintasi "Kantor Penghubung Bali" di Kuta. Bukannya saya sudah tak ingin membantu kegiatan sosial lagi. Saya sudah mencoba bulan lalu untuk membantu kegiatan bakti sosial Tzu Chi di Bali. Tapi rupanya kondisi saya yang belum divaksin karena komorbid menjadi kendala, sehingga contact person mereka enggan mengambil resiko dengan melibatkan saya. Mungkin saya "belum berjodoh" membantu Tzu Chi di Bali. Ya sudahlah, yang penting saya masih punya NIAT BAIK untuk membantu sesama.
 Selama berinteraksi dengan Tzu Chi, ada 5 hal yang PALING berkesan bagi saya tentang Tzu Chi :
 1. Saya tidak pernah melihat sekumpulan orang yang begitu antusias dan bersemangat untuk melalukan sesuatu yang TIDAK ADA hubungannya dengan Uang... ya para Relawan Tzu Chi ini yang melakukan kegiatan sosialÂ
4. Bagi saya yang menyaksikan Kerusuhan Mei 1998, masalah Pri & Nonpri masih menjadi trauma, apalagi bagi saya pribadi : muslim pribumi yang fisiknya mirip "Chinese" mata sipit dan berkulit putih (sebelum tinggal di Bali yang membuat kulit saya menghitam, sekarang malah mirip "Cina Benteng"). Saya bertemu dengan banyak orang Tionghoa yang baik dan dermawan selama di Tzu Chi. Bagi saya yang berlatarbelakang studi sejarah, Peristiwa Mei 98 itu  ternyata membuka kesadaran orang Tionghoa agar tidak eksklusif, membaur dan membantu masyarakat pribumi. Dedikasi Tzu Chi selama dua dekade membantu masyarakat miskin dan korban bencana di Indonesia (terutama yang menonjol : Tsunami Aceh, Gempa Bumi di Sumatra Barat dan Yogya) telah MEMPERBAIKI reputasi masyarakat Tionghoa di mata masyarakat pribumi.Â
5. "Kata Perenungan" Master Cheng Yen (Bhiksuni pendiri Tzu Chi) begitu populer di kalangan insan Tzu Chi. Ada berbagai buku yang memuat quote Master. Bahkan saya pernah membantu pimpinan Summarecon mengorganisir acara "Lomba menghafal Kata Perenungan Master Cheng Yen bagi Karyawan" dengan hadiah berkunjung ke pusat Tzu Chi di Hualien, Taiwan. Satu Kata Perenungan Master Cheng Ye favoritku : "Ada 2 hal yang Tidak Bisa Ditunda dalam Kehidupan, yaitu Berbakti pada Orangtua dan Berbuat Baik".
 Berbakti pada Orangtua TIDAK BISA ditunda karena sesunggunya kita "berpacu dengan waktu"... Orangtua yang semakin menua dan sakit2an dapat sewaktu-waktu meninggal dunia. Kita TIDAK punya "banyak waktu" untuk membalas budi mereka. Kata Perenungan ini memotivasiku untuk membahagiakan Mamaku di akhir masa hidupnya. Begitu pula NIAT BAIK untuk Beramal dan Berbuat Baik jangan ditunda. Bisa jadi, hari ini kita punya waktu, tenaga atau uang untuk membantu, besok ternyata tidak ada lagi. Niat baik jangan ditunda harus segera dilaksanakan. Kata Perenungan ini memotivasiku untuk selalu SEGERA Berbuat Baik jika ada Kesempatan, tanpa perlu banyak pikir dan pertimbangan.Â
 *Pandji Kiansantang, 21 September 2021 @ Denpasar, BaliÂ