"PAKDE, minumnya mau apa?" tanya Ibu Warung. "Saya?" kataku kaget karena cuma saya satu-satunya pembeli yang makan pagi di situ, "Warung Bu Yuni" yang ada di seberang hotel Om Ham tempatku menginap. Buset... maklum seumur-umur saya BELUM pernah dipanggil "PAKDE".... Di BALI lagi (kalau di Yogya mah wajar)...Â
Aneh juga ada wanita Bali yang memanggilku "Pakde". Setelah ngobrol baru tau kalau Bu Yuni itu memang asal Singaraja, suaminyalah yang asal Surabaya.. pantas saja memanggil dengan sebutan bahasa Jawa. Ia juga dengan tepat menyebutku " Pakde asal Jakarta ya?". Kok tahu? kataku. "Mukanya Holiday" katanya tersenyum.Â
Dipanggil 'Pakde" itu sesuatu yang pertamakali bagiku. Menurut kamus, "Pakde" adalah singkatan dari "Bapak Gede" yang berarti sapaan untuk kakak laki-laki dari ayah atau ibu. Atau Paman dan "Uak". Di Jakarta saya yang panggil "Pakde" ( = Paman) pada orang yang lebih tua... He.. he.. baru SADAR kalau ternyata saya sudah "Tua"... 52 tahun, karena saya selalu merasa diri "masih muda" : idealis dan bersemangat... "jiwa muda".Â
Ternyata orang lain memandang "faktor U" pada fisikku : Rambut ubanan, kerutan di wajah dan tubuh terlihat "ringkih", pantas saja dipanggil "Pakde"... Pakde Pandji (PP)... OK juga tuh. Â Mungkin ini jadi motivasi tambahanku keberadaanku di Om Ham Retreat di antara persawahan Tegalalang Ubud sejak kemarin (rencana akan menginap seminggu di sini)... untuk berlatih yoga, meditasi dan memulihkan mental... "to re-juvenate my self" (meremajakan diri).Â
*Pandji Kiansantang, H 67 di Bali, 24 Agustus 2021 @ Tegalalang Ubud
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H