Hari ini 76 Tahun lalu : Proses dijatuhkannya Bom Atom yang membuat Jepang menyerah dalam Perang Dunia Kedua  (1939-1945) dan mendorong kemerdekaan Indonesia  pada 11 hari kemudian, 17 Agustus 1945.Â
Pesawat Boeing B-29 Superfotress membawa bom atom hasil kreasi "Manhattan Project" dari Tinian di Kepulauan Mariana. Pada 6 Agustus 1945 di Hiroshima dijatuhkan bom uranium yang dijuluki "Little Boy"Â (Bocah kecil) dan 3 hari kemudian, 9 Agustus, bom plutonium yang dijuluki "Fat Man"Â (Orang Gendut) dijatuhkan di Nagasaki. Julukan itu diberikan berdasarkan bentuk kedua bom atom itu.
Ledakannya menghasilkan awan cendawan (jamur) raksasa (mushroom clouds)Â yang bergerak vertikal dari bawah ke atas. Akibatnya sungguh mengerikan : kedua kota hancur lebur. Seperempat juta orang tewas sebagai akibat bom atom itu. Kengerian kehancuran itu kemudian menjadi momentum gerakan perdamaian dunia.
Untuk mencegah dijatuhkannya bom atom ketiga, Kaisar Hirohito menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Pernyataan kapitulasi ini mengakhiri Perang Dunia Kedua (1939-1945) dan mendorong Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 2 hari kemudian (17 Agustus 1945)Â
Ada suatu kisah menarik di balik tragedi kemanusiaan itu yang menggambarkan perhatian Jepang pada pendidikan. Konon respons pertama Kaisar Hirohito ketika mendengar berita tragedi ini adalah menanyakan berapa jumlah Guru yang tersisa. Ini didasarkan keyakinannya bahwa Jepang saat itu mungkin hancur karena kalah perang.Â
Pendidikan akan membuat bangsa yang kalah perang itu dapat bangkit lagi di masa depan. Di sinilah peranan Guru yang menyalakan percikan cahaya harapan pada saat kegelapan melanda negara "matahari terbit".Â
*Pandji Kiansantang, 6 Agustus 2021 di Denpasar, Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H