"What doesn't killed you, makes you stronger"...
Donald Trump memang (selalu) mengejutkan. Seperti ia diremehkan pada waktu mencalonkan diri sebagai Capres AS pada 2016, termasuk dari Partai Republik sendiri. Ternyata ia membuat kejutan besar dengan mengalahkan calon kuat Hillary Clinton. Underdog menang atas favorit.Â
Demikian juga ketika Trump dinyatakan terinfeksi Corona setelah debat presiden pertama. Banyak yang memprediksi akan fatal (Trump dapat saja meninggal) mengingat usia dan kondisi fisiknya yg tidak fit (a.l obesitas).Â
Tak sedikit yang "nyukurin" sebagai "karma" karena Trump sering meremehkan bahaya Corona dengan  di depan umum tidak memakai masker dan mengabaikan "physical distancing" dalam berkampanye. Biden sendiri sempat menyatakan agar debat final ini ditunda mengingat kondisi kesehatan Trump.Â
Siapa sangka, Trump sembuh dan tampil bugar (fit) dan prima dalam Debat final ini. Trump tampak fit, lebih bisa mengontrol diri...Â
Terinfeksi Corona tampaknya membuat Trump menjadi pribadi yang "lebih baik"...Â
Inikah "hikmah Corona"? Trump pernah ikut merasakan nasib 8,6 juta rakyat AS yang terinfeksi dan 228 ribu orang yang wafat (seperlima dari total seluruh dunia) yang menjadikan AS sebagai negara paling parah terkena pandemi).Â
Hebatnya, Trump mampu menghadapi virus menular ini pada usia 74 tahun dalam kondisi obesitas. Bagi tim kampanyenya, kesembuhan Trump menunjukkan bahwa ia membuktikan diri sebagai  "survivor" (penyintas) dan akan membawa AS "survive" bahkan keluar sebagai  "pemenang" dalam krisis terhebat di abad ini.Â
Tema debat final ini yang paling menonjol adalah pandemi Corona. Trump sebagai "penyintas" (survivor) Corona dan turut mengalami nasib yang sama dengan 8,6 juta rakyat Amerika, jelas memiliki "competitive advantage" dibanding Biden yang tak pernah mengalaminya.Â
Penulis menilai secara keseluruhan, dalam debat final ini, Trump tampil LEBIH BAIK dari Biden. Beda dengan debat pertamanya, Serangan verbalnya ke Biden lebih tertata dan efektif. Intonasi Biden tenang, baru mulai ngegas dan bersuara keras (intonasi meninggi) terbawa emosi setelah setengah jalan, setelah diserang Trump. Terlihat Biden kewalahan (overwhelming) pada serangan-serangan Trump yang taktis. Secara tajam Trump menjuluki Biden termasuk "dirty politician".