CORONA YANG PERKASAÂ
Tidak ada yang menyangka seluruh dunia dapat dijungkirbalikan oleh virus Corona. Tahun 2020 berubah menjadi "tahun malapetaka" dan akan tercatat sebagai lembaran hitam terkelam dalam sejarah kemanusiaan.Â
Karena banyak yang tidak menyangka, maka tidak siap. Karena tidak siap, maka responsnya banyak yang keliru. Tidak adanya persiapan adalah resep kegagalan.Â
Bagai Amerika yang shock dan kalang kabut karena "serangan mendadak" Jepang yang meluluhlantakkan pangkalan angkatan laut Pearl Harbour pada Perang Dunia Kedua, virus Corona adalah "serangan mendadak, "blitzkrieg" (serangan kilat) pada peradaban modern. Tapi akibatnya jauh LEBIH DAHSYAT dari serangan Pearl Harbour yang mengawali Perang Pasifik, bahkan lebih dahsyat dan mematikan dibanding ledakan Bom Atom yang mengakhiri Perang Dunia Kedua. Menjadi bencana kemanusiaan yang tak ada bandingannya.Â
Pandemi ini  telah "menelanjangi" umat manusia, menghancurkan segala rencana dan ambisi, menjatuhkan kesombongan kita semua... menanggalkan manusia dari berbagai "kebanggaan semu" berupa kemajuan teknologi dan kemakmuran.Â
UJIAN KEPEMIMPINANÂ
Banyak Pemimpin negara tergagap merespons krisis kesehatan global. Banyak pejabat "salting" (salah tingkah) gegara pandemi ini sehingga  menjadi bahan ledekan masyarakat.
 Pertumbuhan ekonomi yang diagung-agungkan selama ini sebagai indikator kemajuan, kini "terjun bebas" ke pertumbuhan negatif. Kinerja berbagai BUMN dan perusahaan swasta anjlok.Â
Tapi tepatkah kita menanggapinya dengan menganggap "itu WAJAR karena tidak ada yang siap menghadapi krisis ini"? Ya, wajar bagi rakyat biasa, tapi TIDAK wajar bagi Pemimpin.Â
Bukankah "Ujian Kepemimpinan" adalah saat Krisis. Nahkoda kapal yang hebat tidak muncul dari laut yang tenang, tapi timbul dari laut yang bergejolak dan  badai yang bergemuruh. Di dunia bisnis ada paradigma ini : semua orang bisa jualan pada saat normal, salesman yang hebat adalah mereka yang tetap bisa jualan pada masa krisis.Â