"... Kita ini satu bangsa tempe, ataukah satu bangsa banteng? Kalau kita satu bangsa yang berjoang, kalau kita satu fighting nation, kalau kita satu bangsa banteng, dan bukan satu bangsa tempe, marilah kita berani nyrempet-nyrempet bahaya, berani ber-Vivere Pericoloso! Asal jangan kita Vivere Pericoloso kepada Tuhan! Hiduplah ber-Vivere Pericoloso di atas jalan yang dikehendaki oleh Tuhan dan diridhai oleh Tuhan..." (Presiden Soekarno, pidato 17 Agustus 1964)Â
Entah kenapa momen pidato kenegaraan tahun 2020 ini : tahun yang MAHABERAT dalam menghadapi ancaman pandemi global Corona dan krisis sosial-ekonomi, mengingatkan pada pidato Presiden Soekarno pada 56 tahun lalu...Â
17 Agustus 1964 yang dinamakan "TAVIP" Tahun Vivere Pericoloso" yang diartikan Bung Karno sebagai "Tahun nyerempet2 Â BAHAYA".... Saat itu RI dalam keadaan genting karena konflik dengan Blok Barat memuncak dengan Konfrontasi melawan Malaysia yang didukung Inggris (1964) dan keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB (7 Januari 1965, menjadikannya Indonesia sebagai satu2nya negara yg pernah keluar dari PBB). Di dalam negeri, konflik ABRI dan PKI makin memanas yang memuncak dengan terjadinya G30S/PKI setahun kemudian yang berujung dengan terjungkalnya Soekarno...Â
Belajarlah dari sejarah... We are in "the year of living dangerously"... kita hidup di tahun yang penuh bahaya (tapi sesungguhnya juga adalah "Tahun Peluang") ... Waspadalah... Bersiagalah... Beranilah bertindak Â
*Pandji Kiansantang, 14 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H