Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Z dalam Perspektif Fratelli Tutti

21 September 2024   23:25 Diperbarui: 21 September 2024   23:43 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://emmamartinezocana11.blogspot.com/2021/01/la-fratelli-tutti-una-llamada-vivir-una.html)

Pendahuluan

Paus Fransiskus, dalam ensiklik Fratelli Tutti, menyerukan visi persaudaraan universal dan persahabatan sosial sebagai dasar bagi dunia yang lebih adil dan damai. Melalui teks ini, Paus mengingatkan bahwa persaudaraan bukan sekadar konsep abstrak, melainkan tanggung jawab setiap individu untuk membangun komunitas yang terbuka terhadap semua orang, tanpa memandang perbedaan ras, agama, atau kebangsaan. Dalam konteks ini, Fratelli Tutti menghadirkan tantangan dan peluang bagi Generasi Z, generasi yang tumbuh dalam era digital dan globalisasi. Mereka dihadapkan pada paradoks, di mana teknologi memberikan kemampuan luar biasa untuk terhubung dengan sesama manusia di seluruh dunia, namun seringkali juga mengisolasi dan mempromosikan individualisme. Generasi ini harus menghadapi tantangan penyebaran informasi yang dangkal, cepat, dan terkadang merusak, serta kehilangan kepekaan terhadap makna persaudaraan yang sejati. Sejalan dengan pandangan teologis Kristiani, Fratelli Tutti menegaskan pentingnya mengatasi "ilusi komunikasi" dan ketegangan sosial dengan cinta kasih dan keterbukaan tanpa batas.

Melalui ensiklik ini, Paus Fransiskus mengundang Generasi Z untuk melihat teknologi sebagai alat, bukan tujuan, dan mendorong mereka untuk menggunakannya dalam membangun persahabatan yang autentik dan solidaritas dengan yang terpinggirkan. Secara teologis, Fratelli Tutti memancarkan gagasan bahwa setiap individu, sebagai ciptaan Allah, memiliki martabat dan hak yang tak dapat dicabut. Generasi Z, dengan aksesnya yang luas terhadap informasi dan keadilan sosial, memiliki peluang unik untuk membawa nilai-nilai ini ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tindakan kasih yang konkret, seperti memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas atau menyebarkan nilai-nilai kebaikan melalui platform digital, menjadi perwujudan dari panggilan Injil untuk mengasihi sesama. Dengan demikian, Generasi Z dapat berperan sebagai agen perubahan yang mewujudkan cita-cita teologis Fratelli Tutti, membawa dunia ke arah yang lebih inklusif, damai, dan penuh kasih.

1. Tantangan Generasi Z di Dunia yang Terhubung secara Digital 

Generasi Z, yang lahir dan tumbuh dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, menghadapi tantangan khusus dalam membangun hubungan sosial yang mendalam. Globalisasi dan kemajuan teknologi telah memberi mereka akses tanpa batas ke informasi dan interaksi lintas budaya. Namun, dalam ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus memperingatkan bahaya dari "ilusi komunikasi" yang menyertai perkembangan teknologi ini. Teknologi digital, meskipun memungkinkan keterhubungan secara virtual, sering kali tidak diiringi oleh kedalaman hubungan antarmanusia yang autentik. Dalam konteks teologis, komunikasi yang sejati menuntut lebih dari sekadar interaksi superficial; itu membutuhkan keterlibatan personal dan kehadiran yang penuh, sebagaimana teladan Yesus dalam mewujudkan cinta kasih kepada sesama secara nyata dan fisik. Paus menegaskan bahwa penggunaan teknologi yang berlebihan dan tanpa kebijaksanaan berisiko menciptakan masyarakat yang semakin terisolasi secara emosional, meskipun tampak terhubung. Ini adalah tantangan mendasar bagi Generasi Z, yang harus menghadapi tekanan sosial media yang sering kali mempromosikan individualisme, narsisme, dan kebutuhan akan validasi eksternal.

Secara filosofis, tantangan ini mengungkap dilema antara kemajuan teknologi dan kebutuhan dasar manusia akan komunitas yang penuh kasih dan persaudaraan. Fratelli Tutti menyoroti bahwa kebebasan yang diberikan oleh teknologi tidak serta merta membawa kita lebih dekat pada tujuan moral manusia, yaitu membangun masyarakat yang berlandaskan persaudaraan dan solidaritas sejati. Generasi Z harus memahami bahwa kebebasan digital bukanlah kebebasan sejati jika itu hanya memperdalam jurang antara diri sendiri dan orang lain. Dalam teologi sosial Katolik, persaudaraan sejati tidak bisa dicapai melalui relasi yang terputus dari keintiman, keterlibatan, dan cinta kasih. Meskipun teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan, hanya ketika digunakan dengan kebijaksanaan dan tujuan moral yang jelas, Generasi Z dapat memanfaatkannya untuk menciptakan persekutuan yang benar-benar bermakna, mengatasi isolasi sosial, dan memulihkan persahabatan sosial yang sejati sesuai dengan panggilan Injil.

2. Peluang Generasi Z untuk Mewujudkan Persaudaraan Universal

Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti, menekankan bahwa persaudaraan universal adalah panggilan bagi seluruh umat manusia untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, di mana setiap orang dapat diakui sebagai saudara tanpa memandang perbedaan ras, budaya, atau agama. Generasi Z memiliki peluang unik untuk mewujudkan visi ini karena mereka tumbuh di dunia yang sangat terhubung secara digital. Teknologi dan media sosial, yang dapat melampaui batas geografis, memungkinkan mereka untuk menjalin hubungan lintas budaya dan memperluas cakrawala pergaulan sosial mereka ke seluruh penjuru dunia. Akses mereka terhadap informasi global memberi mereka kesadaran akan ketidakadilan, penderitaan, dan kebutuhan orang lain di seluruh dunia. Dalam konteks ini, Fratelli Tutti mengundang Generasi Z untuk tidak hanya menggunakan teknologi sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai alat untuk membangun jaringan solidaritas yang memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kesejahteraan bersama. Dengan kemampuan ini, mereka dapat menjadi pembawa harapan bagi dunia yang lebih harmonis.

Dari perspektif teologis, peluang ini selaras dengan prinsip Kristiani tentang kasih universal dan persaudaraan. Seperti diajarkan oleh Yesus, kasih kepada sesama tidak terbatas pada orang yang dekat secara fisik, melainkan mencakup seluruh umat manusia sebagai anak-anak Allah. Generasi Z dapat menerjemahkan ajaran ini ke dalam tindakan nyata melalui media sosial dan platform digital. Dengan menyebarkan pesan-pesan positif, mendorong dialog yang inklusif, serta memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas, Generasi Z memiliki potensi besar untuk membangun "komunitas global" yang mencerminkan nilai-nilai Injil. Namun, persaudaraan sejati, seperti yang dikemukakan dalam Fratelli Tutti, menuntut lebih dari sekadar simpati virtual. Ia membutuhkan komitmen moral yang kuat untuk mengatasi segala bentuk eksklusi dan ketidakadilan, baik di ruang digital maupun dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, Generasi Z memiliki tanggung jawab untuk menggunakan teknologi dengan tujuan moral yang jelas, mengupayakan dunia yang lebih adil dan bersaudara, di mana cinta kasih, perdamaian, dan kesejahteraan bersama menjadi prioritas utama.

3. Krisis Solidaritas dan Individualisme di Kalangan Generasi Z

Dalam Fratelli Tutti, Paus Fransiskus memperingatkan bahwa globalisasi tanpa solidaritas akan menciptakan perpecahan sosial yang semakin tajam. Generasi Z, yang hidup di era digital dan terhubung melalui teknologi, mengalami paradoks ini secara mendalam. Di satu sisi, globalisasi memberikan mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang, namun di sisi lain, budaya individualisme yang kerap melekat dalam penggunaan teknologi menimbulkan isolasi dan perpecahan. Paus Fransiskus menggarisbawahi bahwa individualisme yang berkembang di kalangan Generasi Z, yang diperkuat oleh media sosial dan teknologi digital, mengarahkan mereka untuk fokus pada pencapaian pribadi dan kepentingan diri sendiri, sering kali mengabaikan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Dalam dunia yang semakin terhubung namun terpecah ini, muncul ancaman terhadap persaudaraan universal yang ditawarkan oleh Injil, di mana kasih terhadap sesama harus melampaui batas-batas identitas individu. Globalisasi yang dimotivasi oleh persaingan dan keuntungan pribadi, tanpa diiringi oleh nilai-nilai kasih dan solidaritas, menjadi mesin penggerak keterasingan dan ketidakadilan.

Secara filosofis dan teologis, krisis individualisme ini bertentangan dengan panggilan Kristiani untuk hidup dalam cinta kasih dan persaudaraan. Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti, mengajak Generasi Z untuk melawan narasi individualisme yang sering kali memprioritaskan keuntungan pribadi di atas kesejahteraan bersama. Solidaritas, yang merupakan fondasi etika sosial Katolik, harus menjadi jalan bagi Generasi Z untuk mengatasi perpecahan yang ditimbulkan oleh budaya individualisme. Dalam perspektif teologis, setiap manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (Imago Dei) dan memiliki panggilan untuk hidup dalam komunitas, saling memperhatikan dan mendukung. Individualisme yang memisahkan kita dari orang lain tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga menghancurkan makna dasar dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang terpanggil untuk mencintai dan melayani sesama. Generasi Z, dengan kemampuannya memanfaatkan teknologi dan media sosial, memiliki potensi besar untuk mengembalikan solidaritas ini, dengan mempromosikan nilai-nilai yang menghargai martabat manusia, kepedulian sosial, dan keadilan. Mengatasi krisis solidaritas berarti menempatkan kasih sebagai pusat dari setiap tindakan, baik di dunia nyata maupun di ruang digital, sehingga hubungan yang terbentuk adalah hubungan yang memuliakan martabat manusia dan mencerminkan persaudaraan sejati.

4. Kontribusi Generasi Z dalam Mengatasi Ketidakadilan Sosial

Generasi Z adalah generasi yang tumbuh di tengah kesadaran akan isu-isu global seperti perubahan iklim, ketidakadilan rasial, dan kemiskinan. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Generasi Z memiliki akses yang cepat terhadap informasi dan secara langsung menyaksikan ketidakadilan yang terjadi di seluruh dunia melalui media digital. Dalam Fratelli Tutti, Paus Fransiskus mengajak generasi ini untuk berperan aktif dalam mengatasi ketidakadilan sosial, menekankan bahwa tanggung jawab untuk memperjuangkan keadilan dan melawan eksploitasi manusia bukan hanya milik pemerintah atau institusi, tetapi tanggung jawab setiap individu. Paus menyoroti bahwa ketidakadilan tidak dapat diatasi dengan sikap acuh tak acuh atau netralitas. Sebaliknya, diperlukan komitmen moral yang kuat dan keberanian untuk bertindak demi kesejahteraan orang lain, terutama bagi mereka yang tertindas dan terpinggirkan. Generasi Z, dengan kesadaran sosialnya yang tinggi dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi sebagai platform advokasi, memiliki potensi besar untuk memimpin perjuangan melawan eksploitasi dan ketidakadilan struktural.

Secara filosofis dan teologis, kontribusi Generasi Z dalam mengatasi ketidakadilan sosial sejalan dengan ajaran Katolik tentang martabat manusia dan solidaritas universal. Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti menekankan bahwa setiap orang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, sehingga setiap tindakan yang merendahkan atau mengeksploitasi manusia bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ketidakadilan rasial, kemiskinan yang meluas, dan kerusakan lingkungan adalah manifestasi dari dosa sosial yang harus dilawan dengan tindakan nyata yang didorong oleh cinta kasih. Dalam teologi Katolik, keadilan sosial tidak hanya melibatkan pembagian sumber daya yang adil, tetapi juga menciptakan kondisi di mana setiap orang dapat berkembang sesuai dengan martabat yang diberikan Allah. Generasi Z dapat membawa perubahan dengan menjadi suara bagi mereka yang tertindas, mengadvokasi kebijakan yang mendukung keadilan lingkungan, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan-gerakan sosial yang menuntut perubahan sistemik. Dengan demikian, mereka tidak hanya memenuhi panggilan moral dan teologis untuk membangun dunia yang lebih adil, tetapi juga mewujudkan visi Fratelli Tutti tentang persaudaraan yang inklusif dan solidaritas sejati yang melampaui batas-batas nasional, ras, dan budaya.

5. Peran Agama dalam Pembentukan Identitas Sosial Generasi Z 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun