Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneguhkan Panggilan Kristiani: Makna Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia

30 Agustus 2024   15:02 Diperbarui: 31 Agustus 2024   01:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Apostolic Visit/Dok Pri)

Pengantar

Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia dalam waktu dekat ini dapat dimaknai sebagai momen penting bagi Gereja Katolik dan masyarakat Indonesia untuk memperdalam pemahaman tentang panggilan spiritual, sosial, dan ekologis yang tercermin dalam dokumen-dokumen penting kepausan. Dalam konteks Indonesia yang beragam secara agama, budaya, dan etnis, kunjungan ini memiliki arti khusus yang dapat merangsang refleksi dan aksi nyata di kalangan umat Katolik dan masyarakat luas. Lima dokumen utama yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus, yaitu Evangelii Gaudium (2013), Laudato Si' (2015), Amoris Laetitia (2016), Fratelli Tutti (2020), dan Gaudete et Exsultate (2018), memberikan kerangka kerja teologis dan filosofis yang kaya untuk memahami urgensi dan relevansi kunjungan ini dalam konteks keindonesiaan saat ini.

Pertama, Evangelii Gaudium menekankan pentingnya kegembiraan dalam evangelisasi dan mengajak Gereja untuk keluar dari zona nyaman dan menjangkau "pinggiran" masyarakat. Dalam konteks Indonesia, yang merupakan negara dengan pluralisme agama dan budaya yang kompleks, dokumen ini mendorong Gereja untuk terlibat lebih aktif dalam dialog lintas iman dan budaya. Kunjungan Paus Fransiskus dapat memperkuat komitmen ini dengan menginspirasi Gereja Katolik di Indonesia untuk lebih berani dan kreatif dalam membangun dialog dan saling pengertian di tengah keberagaman.

Kedua, Laudato Si' mengundang perhatian serius terhadap isu lingkungan hidup dan perubahan iklim dengan menyerukan tanggung jawab global untuk "merawat rumah bersama kita." Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang luar biasa namun menghadapi krisis ekologi serius, memiliki urgensi untuk merespons panggilan ini. Kunjungan Paus Fransiskus dapat mendorong gereja-gereja lokal dan masyarakat Indonesia untuk lebih terlibat dalam gerakan ekologi integral dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Ketiga, Amoris Laetitia menekankan pentingnya cinta dan belas kasih dalam kehidupan keluarga, yang menghadapi berbagai tantangan di dunia modern. Di Indonesia, di mana keluarga adalah inti dari struktur sosial, dokumen ini memberikan arahan yang relevan untuk membangun keluarga yang kuat, harmonis, dan berbelas kasih. Kunjungan Paus dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat pastoral keluarga di Indonesia, mendampingi keluarga dalam menghadapi tantangan modern dengan belas kasih dan inklusivitas.

Keempat, Fratelli Tutti berbicara tentang persaudaraan dan persahabatan sosial, yang sangat relevan di Indonesia di tengah meningkatnya intoleransi dan polarisasi sosial. Dokumen ini mengajak seluruh umat manusia untuk hidup dalam semangat persaudaraan universal dan solidaritas. Dalam kunjungan ini, Paus Fransiskus diharapkan dapat memperkuat upaya-upaya Gereja Katolik di Indonesia untuk membangun perdamaian, keadilan, dan harmoni antarumat beragama, serta mempromosikan inklusivitas dan keadilan sosial.

Kelima, Gaudete et Exsultate mengajak semua orang untuk menjalani kekudusan dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangat penting di Indonesia yang mengalami tantangan sekularisme dan kemerosotan nilai-nilai spiritual. Kunjungan Paus Fransiskus dapat memberikan inspirasi untuk hidup dalam kekudusan yang praktis dan relevan dalam konteks sosial dan budaya Indonesia, memperkuat panggilan umat Katolik untuk menjadi saksi iman di dunia modern.

Secara keseluruhan, kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya simbolis, tetapi juga merupakan panggilan untuk memperdalam komitmen terhadap ajaran sosial, ekologis, dan spiritual Gereja di tengah realitas Indonesia yang kompleks. Dengan berfokus pada lima dokumen utama ini, kunjungan tersebut dapat memberikan arah baru bagi Gereja Katolik dan masyarakat luas di Indonesia untuk lebih aktif dalam membangun masa depan yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan, sesuai dengan semangat Injil dan ajaran Gereja.

1. Panggilan bagi Gereja Katolik di Indonesia untuk Mewujudkan Visi "Gereja yang Keluar"

Pertama, kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia dapat dimaknai sebagai panggilan bagi Gereja Katolik di Indonesia untuk mewujudkan visi Evangelii Gaudium (2013), yaitu menjadi "Gereja yang keluar" (Church that goes forth). Dokumen apostolik pertama dari Paus Fransiskus ini menekankan pentingnya kegembiraan dalam evangelisasi dan mendorong umat untuk keluar dari zona nyaman demi menjangkau "pinggiran" masyarakat, mereka yang termarjinalkan, dan mereka yang sering kali diabaikan dalam kehidupan beragama dan sosial. Dengan latar belakang pluralisme Indonesia yang kaya akan keragaman agama, budaya, dan etnis, kunjungan ini dapat menjadi seruan bagi umat Katolik untuk lebih terbuka dan berani terlibat dalam dialog lintas iman dan budaya.

Paus Fransiskus, melalui kunjungan apostolik ini, dapat menginspirasi Gereja di Indonesia untuk menanggapi tantangan lokal dengan pendekatan pastoral yang lebih inklusif dan berbelarasa. Dalam konteks Indonesia, di mana sering terjadi ketegangan antarumat beragama, pesan Evangelii Gaudium menjadi relevan. Gereja Katolik didorong untuk berperan aktif dalam membangun dialog dan saling pengertian di tengah keberagaman, sehingga mampu berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih damai dan adil. Dengan demikian, kunjungan ini dapat dilihat sebagai momentum penting untuk memperkuat komitmen Gereja dalam menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan solidaritas lintas iman.te

Secara teologis, Paus Fransiskus melalui Evangelii Gaudium mengingatkan bahwa misi Gereja bukanlah misi yang tertutup atau eksklusif, melainkan misi yang mengikuti teladan Yesus Kristus dalam menjangkau yang termarjinalkan dan tertindas. Kunjungan ini menjadi panggilan bagi Gereja di Indonesia untuk lebih proaktif dalam pelayanan sosial dan kemanusiaan, mengikuti teladan Kristus dalam merangkul dan melayani semua orang, terutama mereka yang berada di pinggiran masyarakat. Dengan demikian, kunjungan apostolik ini tidak hanya menjadi momen seremonial, tetapi juga sebuah ajakan nyata untuk perubahan dan pembaruan dalam sikap pastoral Gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun