Mohon tunggu...
Piyama Mania
Piyama Mania Mohon Tunggu... -

ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Review Novel Satin Merah

23 Juni 2011   02:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku: "Satin Merah" Penulis: Brahmanto Anindito dan Rie Yanti Penerbit: Gagas Media Tadinya saya mau membuat review novel Sang Alkemis tapi sepertinya review buku itu sudah banyak yang nulis, jadi saya bikin review buku favorit saya yang lain saja yaitu Satin Merah. Ini dia buku yang membuat saya bertekad untuk terus menulis dan menulis walaupun menulisnya masih sebatas di Kompasiana ini Yaaah... namanya juga baru belajar menulis tidak apa-apa kan kalau cuman menulis d sini? Satin Merah bercerita tentang seorang anak SMA bernama Nadya yang suka dilecehkan oleh keluarga dan teman-temannya, apalagi ayah dan ibunya lebih menyayangi adiknya yang bernama Alfi. lalu Nadya ikut lomba siswa teladan se-Bandung Raya dan dia terpilih sampai ke babak final. Tapi Nadya harus membuat makalah dan Nadya ingin makalahnya lain dari pada yang lain. Teman-temannya yaitu Diana, Echa, dan Valen memberi bantuan berupa saran Nadya harus menulis apa tapi Nadya tidak suka usul-usul itu dan akhirnya dia mencari sendiri ide makalahnya. Pas diangkot kebetulan Nadya mendengar penumpang lain bicara bahasa sunda dan akhirnya Nadya kepikiran untuk membuat makalah tentang sastra Sunda. Tapi sebetulnya Nadya tidak bisa bicara bahasa Sunda karena dia tidak pernah bicara dengan bahasa itu, dirumahnya saja dia bicara bahasa Indonesia begitu juga disekolah. Jadi Nadya mengalami kesulitan membuat makalah. Dia sudah mencari banyak esey tentang bahasa dan sastra Sunda diinternet tapi pada akhirnya Nadya memutuskan untuk belajar langsung sama sastrawan Sunda. Lalu Nadya pergi ke PSS atau PUsat Studi Sunda di jalan Taman Kliningan Bandung dan dia bertanya kepada penjaga perpustakaannya. Katanya ada sastrawan Sunda yang selalu menulis bahasa Sunda bernama Yahya Soemantri. Nadya akhirnya belajar pada Yahya S. Nadya pergi ke rumah Yahya sendirian dan dia akhirnya menemukan sebuah rumah yang tdiak terurus, rumah milik Yahya. Ketika mengetuk pintu rumah itu, pintunya dibuka dan bertemu lah Nadya dnegan Yahya Soemantri. Yahya ini orangnya judes dan kelihatan galak. Nadya sempat takut menghadapinya tapi kemudian dia berkata kalau dia ingin belajar tentang sastra Sunda. Nadya pun diajari tentang sejarah sastra Sunda. Bahkan ternyata Yahya ini baik orangnya, dia mengajar Nadya menulis. Tapi kemudian Yahya bersikap sinis dengan mengkritik habis-habisan karya Nadya. Nadya akhirnya belajar sama sastrawan lain bernama Didi Pamungkas. Didi beda dengan Yahya yang dingin, Didi orangnya baik, ramah dan suka becanda sehingga membuat Nadya betah belajar bersamanya. Didi juga mengajarkan menulis pada Nadya tapi Nadya kurang suka dengan sifat Didi yang suka menyelidiki di tambah Nadya sendiri membuat sesuatu kebodohan yang membuat Didi curiga padanya. Lalu akhirnya Nadya belajar pada sastrawan lain, kali ini perempuan namanya Nining Tresna Munandar. Nining lebih baik dari Didi. Nining ini suka sekali menulis tentang cinta. Tapi cinta versi Nining tidak membosankan karena dia betul-betul menulisnya dengan hati tidak seperti asal-asalan menulis cinta supaya karyanya banyak dibaca dan laris manis di pasaran. Nining juga yang mengajarkan cinta pada Nadya. Tapi tidak lama kemudian Nining meninggal. Polisi menuduh tukang kebunnya lah yang membunuh Nining tapi seorang dosen sastra Sunda Unpad yang adalah sahabat Nining dan bernama Lina Inawati  malah tidak percaya, sampai akhirnya dia berkenalan dengan Nadya. walaupun dosen tapi Lina tahu banyak tentang penyelidikan. Dia menyelidiki meninggalnya ketiga sastrawan yaitu Yahya, Didi dan Nining. Sambil menyelidiki kasus pembunuhan ketiga sastrawan itu LIna juga membaca karya-karya Nadya dan membantunya menerbitkan bukunya secara selfpublish atau diterbitkan sendiri dan akhirnya Lina mengetahui sesuatu tentang Nadya... Cerita tidak berakhir di sini tentunya, terdapat aksi menegangkan dan membuat penasaran antara Nadya dan para sastrawan Sunda, keluarganya, teman-temannya dan Lina Inawati. Novel bergenre detektif-thriller ini memang membikin penasaran pembacanya Saya aja membaca novel ini dari pagi sampai siang tidak berhenti. Babnya pendek-pendek sih seperti novel Dan Brown jadi bacanya bisa cepat dan membosankan. Bahkan saya membacanya sampai dua kali. Tiga kali sama ketika saya menulis review ini. Selain itu yang membuat saya suka buku ini adalah temanya lain dari pada yang lain. Buku-buku yang saya baca tidak banyak tapi saya belum pernah menemukan novel yang ceritanya tentang sastra Sunda dan ada pelajaran menulis di dalamnya.Sudah begitu yang membuat novel ini unik adalah penulisnya menggabungkan sastra, teori menulis dan misteri. Bukan misteri yang horor tapi detektif. Saya suka detektif Conan dan membaca novel ini membuat saya seperti sedang membaca komik Conan atau menonton filmnya. Penasaran dan membuat pantat tidak mau beranjak dari tempat duduk sebelum ceritanya selesai. Dan juga saya suka unsur daerah atau budayanya. Saya anak Bandung dan yah seperti Nadya kadang-kadang malas juga kalau bicara pake bahasa Sunda, tapi sejak membaca novel ini saya jadi sadar kalau kebudayaan daerah itu harus dilestarikan. kalau tidak nanti bisa diklaim lagi oleh malaysia. Sudah cukup kebudayaan kita yang dicuri negara itu jadi sudah seharusnya kita menjaga kebudayaan lain yang belum diapa-apakan Malaysia. terutama bahasa Sunda yang indah itu. Kalau anda sedang belajar menulis atau ingin jadi penulis seperti saya, sangat menghargai kebudayaan daerah serta suka cerita detektif-triller yang unik, saya sarankan baca lah Satin Merah ini. Dijamin tidak akan menyesal! (Gambar buku diambil dari blog Rie Yanti: ceritarie.wordpress.com. Satin Merah juga ada websitenya di www.warungfiksi.net/satin-merah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun