Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angin Mati, Mati Angin

31 Maret 2023   09:00 Diperbarui: 31 Maret 2023   09:10 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: pixabay.com

Udara begitu panasnya,
Gerah,
Tak ada angin,
Tak ada udara yang berembus,

Angin mati,
Mati angin,
Apa karena di sini ada penolak angin?
Bikin angin terusir dari tempatnya?

Angin pergi entah kemana,
Angin menghilang sedemikian rupa,
Lalu mau cari di mana?

Angin mati?
Bagaimana menguburkannya?
Di mana jasadnya?
Haruskah berduka?

Bisa celaka jika begini keadaannya,
Orang-orang mulai gerah,
Orang-orang mulai marah,
Orang-orang mulai sumpah serapah,

Mati angin,
Para menyulut pergi,
Mencari isu baru,
Menjaring angin baru,
Berharap naik lagi,
Agar ada yang diributkan lagi,
Agar semua marah lagi,
Lalu saling membenci,

Sungguh betapa keji,
Memanfaatkan angin lalu menyulut api,
Api membesar semua terbakar,
Kerja keji tak punya hati,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun