Namanya Herlambang,
Kami menyebutnya Mas Benk,
Sapaan temurun orang-orang kampung,
Meski sepantar bapak atau kakek kami,
Dia tetangga dari RT sebelah di ujung gang,
Tak pernah jelas kapan ada di rumah,
Rumahnya sering kosong berhari-hari,
Tapi sering di rumah tak pergi-pergi,
Kerja Mas Benk serabutan,
Sering nongkrong di pos perempatan,
Sumbangan rokok pun sering ikutan,
Gemar gitaran dan leluconan,
Mas Benk tinggal sendiri,
Istrinya pulang ke kampung,
Entah ditinggal atau dicerai,
Anak kandung tak punya anak tiri entah ke mana,
Mas Benk selalu punya uang
Tak pernah ngutang
Hidupnya selalu riang
Semua dibawa senang
Rumahnya hijau banyak tanaman
Tak selalu dirawat tapi cukup dilihat
Ada tanaman untuk obat
Bikin rujak tinggal ambil buahan di halaman
Mas Benk sukanya jins dan kaosan,
Sedikit gondrong dengan banyak uban,
Mas Benk sukanya sendalan,
Dengan sol tipis dari kulit sapi andalan,
Mas Benk suka mendongeng,
Ceritanya berganti kadang diulang,
Saat bernyanyi merdu
Saat mendongeng syahdu
Meski getaran suara tuanya mulai mengganggu
Sudah seminggu Mas Benk berpulang
Tetangga mengurus hingga pemakaman
Tak ada lagi dongeng di pos perempatan
Tak ada lagi ketawa cekikikan
Tak ada lagi rujak buahan dari halaman
Istri dan anak tirinya datang kemudian
Memegang surat wasiat jadi-jadian
Meski wasiat asli dipegang pengadilan
Mas Benk katanya seorang pahlawan
Pahlawan yang tak banyak dikenang
Keturunan ningrat yang tak mau dikenal