Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamanya Sayang

14 Februari 2023   11:36 Diperbarui: 14 Februari 2023   11:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat itu aku berjalan sendiri kala senja. Udara yang dingin karena hujan baru saja reda. Bau tanah dan daun basah masih terasa. Dari trotoar sebuah kota yang melingkari istana.

Kujeda sambil memberi makan rusa. Begitu juga sosok jelita di bawah payung bunga melakukan hal serupa. Kita saling menoleh. Lalu saling pandang begitu rupa tanpa suara.

Mataku bertemu matamu.
Tanpa kata tapi binarnya nyata.
Hingga sesak di dada tak bisa ditata.
Kusapa dan kuajak berkenalan jua.

Lalu kita berbagi cerita.
Ditingkahi tawa dan juga canda.
Tak perlu lama kalau kita saling suka.
Di kedai kopi tak jauh dari istana.

Lalu hujan kembali datang,
Membuat kita enggan hengkang,
Makin lama makin dekat,
Tak disangka begitu cepat hati melekat,

Lalu malam menjelang,
Kita memandang bintang,
Yakinkan hati bahwa ini pertanda,
Kita ditakdirkan bersama,

Sejak itu kita saling sayang,
Aku kasih kamu sayang,
Kamu kasih aku sayang,
Lalu kita melayang,

Setiap hari makin sayang,
Makin lama makin sayang,
Tiada hari tanpa sayang,
Selamanya selalu sayang,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun