Saat itu aku berjalan sendiri kala senja. Udara yang dingin karena hujan baru saja reda. Bau tanah dan daun basah masih terasa. Dari trotoar sebuah kota yang melingkari istana.
Kujeda sambil memberi makan rusa. Begitu juga sosok jelita di bawah payung bunga melakukan hal serupa. Kita saling menoleh. Lalu saling pandang begitu rupa tanpa suara.
Mataku bertemu matamu.
Tanpa kata tapi binarnya nyata.
Hingga sesak di dada tak bisa ditata.
Kusapa dan kuajak berkenalan jua.
Lalu kita berbagi cerita.
Ditingkahi tawa dan juga canda.
Tak perlu lama kalau kita saling suka.
Di kedai kopi tak jauh dari istana.
Lalu hujan kembali datang,
Membuat kita enggan hengkang,
Makin lama makin dekat,
Tak disangka begitu cepat hati melekat,
Lalu malam menjelang,
Kita memandang bintang,
Yakinkan hati bahwa ini pertanda,
Kita ditakdirkan bersama,
Sejak itu kita saling sayang,
Aku kasih kamu sayang,
Kamu kasih aku sayang,
Lalu kita melayang,
Setiap hari makin sayang,
Makin lama makin sayang,
Tiada hari tanpa sayang,
Selamanya selalu sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H