Kemudian kami diajak menaiki jalan setapak yang menanjak. Kadang harus bergantian dengan sapi-sapi ternak yang dibiarkan bebas berkeliaran.Â
Jangan heran bila melihat sapi-sapi di sini ada di lereng-lereng bukit sebab mereka bisa mendaki bukit dan menerobos hutan. Untuk itu kita harus berhati-hati saat melangkah sebab bisa saja terkena jebakan betmen alias menginjak kotoran sapi.
Hanya sekitar lima menit mendaki ada spot yang sangat instagramable di Bukit Selong. Â Tidak hanya indah difoto tapi aslinya pun sangat indah dipandang.Â
Berdiri di sini layaknya sedang dikurung karena 360 derajat dikelilingi tembok-tembok raksasa hijau berkabut yang merupakan Gunung Anak Dara dan Perbukitan Pergasingan dan di kejauhan tampak Gunung Rinjani gagah menjulang meskipun kadang tak tampak jelas karena tertutup kabut tebal.Â
Sedangkan di bawah adalah hamparan sawah yang membentang dan perkebunan warga. Sungguh sebuah  pemandangan yang membelalakkan mata.
Kerajinan Tenun Lebak Lauk
Puas berfoto kami mengunjungi perajin tenun di Desa Lebak Lauk. Ibu Weni, salah satu perajin menjelaskan proses pewarnaan benang secara alami. Ikatan benang putih direndam di dalam baskom berisi cairan pewarna alami.
Misalnya untuk warna hijau menggunakan perasaan daun komak atau kacang koro, untuk warna coklat kemerahan dari kulit pohon suren. Proses perendaman ini bisa memakan waktu 5-6 hari, setelah benang dikeringkan dengan dijemur baru bisa digunakan untuk menenun.
Kebetulan seorang ibu tua, pekerja di rumah Ibu Weni, sedang melakukan pekerjaan menenun secara tradisional. Benang beraneka warna disusun sesuai dengan warna dan pola yang diinginkan.Â
Selanjutnya tangannya lincah di alat tenun menarik, mendorong, menggencet benang hingga helai demi helai benang membentuk pola tertentu. Ada pola yang menjadi pakem turun temurun tapi ada juga pola bebas yang belakangan ditawarkan sesuai dengan kreativitas perajinnya.