Dalam rangkaian tur penulis Kompasiana bersama Kemenparekraf ke Lombok awal Desember lalu, salah satu kegiatannya adalah mengunjungi desa wisata hijau Bilebante di Lombok Tengah.Â
Bilebante telah ditetapkan sebagai desa wisata yang menampilkan kearifan lokal oleh kemenparekraf. Desa yang awalnya berupa daerah galian pasir dapat diubah menjadi desa hijau berbasis pertanian dan peternakan dengan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam dan kelestarian budaya, khususnya Sasak Lombok.Â
Hal ini tak lepas dari usaha Ibu Zaenab yang tak kenal lelah berbagi ilmu untuk usaha penganan rumahan memanfaatkan bahan-bahan dari alam sekitar yang kemudian memberdayakan masyarakat dengan membentuk koperasi sehingga Bilebante menjadi desa wisata seperti sekarang ini.Â
Ibu Zaenab bersama anggota lainnya kemudian membuka Pasar Pancingan yang menjual produk penganan rumahan dari para anggota yang dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Melihat potensi yang besar dengan bantuan dan kolaborasi berbagai pihak koperasi desa dapat mengembangkan lagi usaha menjadi desa wisata. Berkat pengelolaan dan program yang menarik sehingga kemudian difasilitasi oleh Kemenparekraf.Â
Desa Bilebante patut menjadi contoh desa yang bisa bertransformasi menjadi desa wisata dengan kearifan lokal yang dipunya. Anda perlu memasukkannya ke dalam tujuan wisata Anda bila berkunjung ke Lombok.
Ada banyak pilihan wisata yang bisa Anda lakukan di Bilebante di antaranya belajar memasak, memancing, berolahraga alam dan sebagainya. Intinya dapat merasakan kehidupan sehari-hari di desa ini. Salah satu yang saya ikuti adalah belajar memasak Ebatan, menu masakan khas Sasak.
Ebatan adalah makanan khas Sasak sejenis urap yang disajikan sebagai jamuan saat pesta, syukuran atau begawe. Jamuan disajikan dalam dulang dan dimakan beramai-ramai yang bagi masyarakat Sasak disebut dengan tradisi begibung. Satu dulang berisi nasi dan lauk pauk di mana salah satu menunya adalah Ebatan. Dalam satu dulang bisa dimakan untuk tiga orang.Â
Ebatan memiliki rasa yang khas paduan pedas, manis, dan asin yang akan menggugah selera. Bahan dasar Ebatan adalah sayuran dan protein seperti daging sapi, daging ayam, nangka muda, kulit pisang batu, daun belimbing, kacang panjang, terong yang direbus terlebih dahulu lalu dicacah kemudian diberi parutan kelapa bakar dan bumbu khas Lombok yang beragam.
Ebatan artinya adalah cacahan karena semua bahan dicacah dengan pisau besar atau golok hingga sedikit kasar. Semua pekerjaan dilakukan oleh lelaki Sasak dikomandoi oleh tetua kampung ketika mencacah menimbulkan ketukan seperti irama musik.
Begitu juga saat para pemuda Sasak menghaluskan bumbu di dalam lumpang, tumbukan kayu ke dalam batu menimbulkan suara yang berirama. Aneka bumbu berupa cabai merah besar, cabai merah rawit, bawang merah, bawang putih, kemiri bakar, ketumbar, merica, kunyit, terasi, dan bumbu lainnya seketika menyeruak begitu terkena minyak kelapa asli saat ditumis.