Ia sempat melontarkan ide untuk resign saja tapi suami dan ibu mertua justru melarangnya karena selain passion Nuniek di bidang yang ditekuninya sebagai peneliti produk di perusahaan yang sama dengan Atiqa, sangat sayang jika ditinggalkan. Selain tentu saja penghasilan Nuniek turut andil dalam perekonomian dan kesejahteraan keluarga.
Suami dan ibu mertua yang membantu dan mengembalikan kepercayaan diri Nuniek bahwa ia bisa menjalankan dua perannya sekaligus.Â
Nuniek merasa lebih fokus bekerja ketika WFO tapi ia pun senang bisa bersama anaknya di rumah lebih banyak saat WFH, hanya momennya yang sering tabrakan yang bikin pusing kepala.
Saat kantor sudah diijinkan 75 % WFO, perusahaan mengutamakan bagian lain seperti sales, HR, dan product development sedangkan bagian akunting masih diperbolehkan bekerja dari rumah. Jadi saat Atiqa masih WFH, Nuniek mulai WFO.
Kondisi pandemi ternyata membuat manajemen mengkaji kebijakan baru di mana bagian akunting menjadi pilot project untuk mengurangi WFO meskipun pandemi nantinya akan berakhir.Â
Selain manajemen mengkaji contoh kasus yang dialami seperti Nuniek yang juga dirasakan oleh ibu-ibu bekerja yang memiliki anak yang relatif masih kecil.
Rencananya mulai Januari di kantor Atiqa dan Nuniek akan diuji coba sistem 4 hari WFO dan 1 hari WFH dengan jumlah jam kerja tetap 40 jam per minggu.Â
Jika efektif dan berhasil bukan tidak mungkin WFO tidak akan sama lagi seperti sebelum pandemi alias ada satu hari WFH tiap minggunya.
Bagi manajemen kebijakan ini perlu disikapi dengan terbuka selama produktivitas perusahaan dan kinerja karyawan tetap bisa optimal.Â
Manajemen melihat cabang perusahaan di negara lain terutama cabang di negara Eropa yang sudah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah bahkan sebelum pandemi.