Penantian panjang akibat tertunda berkali-kali karena pandemi Covid-19 berakhir sudah. Film James Bond ke-25, No Time To Die akhirnya tayang secara resmi di bioskop seluruh dunia.
Di mulai saat premiere kemarin, 28 September 2021 di Albert Hall London di mana dihadiri oleh Daniel Craig sebagai James Bond dan segenap pendukung film tersebut.
Acara tersebut juga dihadiri selebritis Hollywood dan kalangan istana Inggris seperti Pangeran Charles, Pangeran William, dan Kate Middleton. Semua tampil dalam balutan busana resmi yang mewah dan elegan.
Tidak dapat disangkal James Bond adalah film yang membanggakan buat negara Inggris umumnya dan penghuni Istana Buckingham khususnya. Cerita jagoan agen rahasia Inggris yang fenomenal yang dielu-elukan banyak orang, termasuk kalangan istana.
Bond menjadi bukti bahwa karya seni dan hiburan, dapat menjadi pendorong industri wisata suatu negara selain menebalkan penyebaran budaya sebagai bentuk upaya berpolitik secara modern melalui kebudayaan.
Efek berantai dari merek James Bond yang kuat menarik merek-merek global lainnya untuk menjadi partner di setiap film ini diproduksi.
Judul berganti, pemain pun silih berganti tapi kekuatan Bond sebagai sebuah merek yang menguntungkan masih akan terus ada meskipun film ini akan menjadi yang terakhir yang dibintangi Daniel Craig.
Beruntung di Indonesia pun tak perlu menunggu terlalu lama, hari ini Kamis, 30 September 2021, bioskop Indonesia sudah menayangkan No Time To Die yang berdurasi 2 jam 43 menit, menjadikannya film Bond yang cukup panjang.
Menariknya meskipun filmnya baru bisa dinikmati sekarang, lagu soundtrack yang selalu juga ditunggu dan jadi andalan justru sudah populer sejak rencana awal film ini akan dirilis tahun lalu. Lagu berjudul sama yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Billie Eilish malah sudah memenangkan lagu terbaik di ajang Academy Award alias piala Oscars awal tahun ini.
James Bond: No Time To Die seakan menjadi penawar rindu penikmat film yang kangen dengan bioskop selama dua tahun pandemi ini. Film berbiaya produksi 200 juta dolar ini menjadi harapan tidak hanya bagi pembuatnya tapi juga industri film bioskop secara keseluruhan di dunia.
Bisnis bioskop tidak murah apalagi yang menyewa di area mal. Berhenti beroperasi kurang lebih dua tahun adalah pukulan telak bagi kelangsungan usaha.
